promosi bisnis online gratis

Montir yang Amanah, Meski Bukan Anggota Ikatan Montir Indonesia


Hari Minggu kemarin, tiba-tiba saya merasakan gangguan pada sistem transmisi mobil saat kami sekeluarga sedang berjalan-jalan di sekitar rumah. Para pemilik mobil dengan sistem transmisi manual pasti mengerti gejala ini: saat “setengah kopling” di tanjakan, mobil tidak mau berhenti seperti biasa, melainkan meluncur. Istilah sehari-harinya adalah “kopling nyelos” dan ini menunjukkan adanya masalah pada “master kopling.”


Hari ini saya bawa si mobil tua nan setia ke montir andalan kami Koh Akiong (bukan familinya Koh Ahok!) di kawasan Pasar Mobil Kemayoran. Koh Akiong ini dulunya adalah asisten Koh Afen (yang rupanya sudah alih profesi sejak beberapa tahun lalu). Meskipun tidak ada Undang-undang Praktik Kemontiran yang mendukung profesinya, dengan sigap Koh Akiong bekerja. Saat itu pukul 9 pagi dan mobil saya adalah pasien pertamanya. Saya tak punya banyak waktu untuk berada di bengkel (tepatnya kios!) sederhana itu. Bila diagnosis dan tindakan berlangsung lebih dari satu jam, saya akan pergi dan memasrahkan penanganan mobil saya pada Koh Akiong.


Dengan dibantu seorang asisten, Koh Akiong segera membongkar bagian yang relevan, sesuai laporan keluhan saya. Tanpa membuat diagnosis “aneh-aneh” (ala montir amatiran pinggir jalan saat ada mobil mogok) dalam waktu kurang dari 15 menit sudah ada kesimpulan: “Wah ini ada karet yang bocor sedikit Pak”. Karet itu adalah benda berukuran tak lebih besar dari sekeping uang logam Rp1.000. Kerusakan benda kecil inilah rupanya yang membuat sistem kopling mobil saya terganggu.

Segera saya menuju toko onderdil terdekat di kawasan itu untuk membeli si karet dan teman-temannya.


Menurut Pedoman Lokal Pelayanan Kemontiran di Pasar Mobil Kemayoran, jasa montir tidak perlu menjual onderdil. Mereka cukup memberi tahu onderdil apa yang perlu dibeli, dan kemudian pelanggan dapat membeli sendiri spare-part yang dibutuhkan di toko mana saja. Dapat dipastikan Koh Akiong tidak mendapat komisi dari toko onderdil karena dia tidak pernah memberi saran dimana saya harus membeli onderdil. Praktik ini rupanya berjalan sejak lama dan disepakati bersama, tanpa perlu ada Majelis Kehormatan Disiplin Kemontiran Kemayoran. Singkat cerita, onderdil saya peroleh dengan harga Rp75ribu.


Selanjutnya Koh Akiong memasang onderdil tersebut dan bersama dengan sang asisten melakukan penyetelan “master kopling”. Sepintas saya lihat proses yang dilakukan seperti menemukan (secara manual) ekuilibrium tekanan cairan kopling. Tak ada alat bantu apa pun yang digunakan. Semuanya serba manual. Walhasil, dalam waktu kurang dari 1 jam mobil saya telah siap! Ongkos untuk Koh Akiong bersama asistennya adalah Rp50ribu.


Sistem informal dan kekeluargaan yang memungkinkan saya menimba ilmu dari sang montir adalah pertimbangan-pertimbangan yang menyebabkan saya memilih pergi ke Koh Akiong, bukan ke bengkel resmi. Pergi ke bengkel resmi, selain lebih memakan waktu (karena antriannya panjang), jelas lebih mahal, tanpa interaksi dengan montir, dan untuk mobil tua seperti yang saya miliki ada risiko onderdilnya tidak tersedia!

Alhamdulillah! Senangnya punya montir andalan yang amanah di tengah sistem jasa kemontiran yang fair. Montir yang amanah adalah lebih baik dari dosen, wartawan ataupun dokter yang tidak amanah. Demikian pula sebaliknya.



sumber : http://teknologi.kompasiana.com/otomotif/2013/12/02/montir-yang-amanah-meski-bukan-anggota-ikatan-montir-indonesia-615064.html

Montir yang Amanah, Meski Bukan Anggota Ikatan Montir Indonesia | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar