Maduro dan Boliviarisme
Maduro adalah presiden pengganti Hugo Chevas, Revolusioner Venezuela yang menentang imperialisme Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Melalui kebijakan nasionalisasi kekayaan alamnya, Hugo Chevas telah memberikan keuntungan sosial dan mental bagi seluruh rakyatnya.
Sepeninggal Hugo Chevas, Maduro menjadi penggantinya. Sebelumnya, Maduro sempat menjabat wakil presiden. Bisa dibilang, Maduro merupakan pengikut setia dari ajaran Revolusi, Nasionalisasi, Sosialisme dan Boliviarianisme yang memang diterapkan Hugu Chevas selama hidupnya.
Maduro yang memiliki nama panjang Nicholas Maduro Moros dilahirkan 23 November 1962 dari seorang ayah yang aktif sebagai pemimpin serikat pekerja. Selepas SMA, ia bekerja menjadi sopir Bis.
Tahun 1980, karir politiknya dimulai dengan menjadi bagian dari perdagangan serikat tidak resmi, mewakili sopir bus dari Metro Caracas sistem dan juga pengawal pribadi Jose Vicente Rangel. Ia juga ikut aktif dalam proses Gerakan Republik Kelima yang dipelopori Hugo Chevas.
Karir politiknya mulai merangkak naik saat menjadi anggota Majlis Nasional Venezuela pada tahun 2000 dan memimpin lembaga tersebut dari tahun 2005-2006. Agustus 2006, Maduro menjadi menteri luar negeri Venezuela.
Oktober 2012 ia menjadi wakil dari presiden Hugo Chevas. Setalah meningglanya sang presiden, ia diamanahkan memimpin Venezuela sampai pemilu dilaksanakan, dan akhirnya ia benar-benar menggantikan Hugo Chevas sebagai presiden dalam pemilu setelah mengalahkan rival politiknya dari partai oposisi,Henrique Carpiles.
Pasca menjadi presiden untuk menggantikan mendiang Hugo Chevas, Maduro dengan tegas akan melanjutkan cita-cita dan kebijakan-kebijakannya, termasuk Revolusi Bolivarianisme. Bolivinarianisme diambil dari nama Simon Bolivar, seorang pemimpin revolusioner dan pahlawan kemerdekaan pembebas negara-negara Amerika Latin, seperti Venezuela, Ekuador, Kolombia, Panama, Peru dan Bolivia dari penjajahan Spanyol pada abad 19.
Pandangan Hugo Chevas tentang perang Boliviar terhadap imperialisme dan kolonialisme direkonstruksi menjadi Revolusi Bolivarian juga menjadi pandangan akan dijadikan dalam setiap pengambilan kebijakan Nicholas Maduro Moros dalam memimpin Venezuela ke depan.
Dalam bahasa penulis, semangat Bolivarian adalah semangat terbebas dari penjajahan, eksploitasi dan kesewenang-wenangan yang menginjak-nginjak harga diri bangsa, harga diri kemanusiaan maupun diri sendiri serta menyengsarakan. Artinya, Revolusi Bolivarian yang di perkenalkan Hugo Chevas adalah pembebasan negara Venezuela dari new kolonialisme melalui perekonomian yang kita kenal dengan kapitalisme menuju sosialime.
Madura dan Carok
Maduro biasanya digunakan orang jawa untuk menyebut Madura ataupun orang-orang Madura. Selain terkenal dengan nilai relegiusnya, terbukti lahirnya banyak ulama nusantara yang berasal dari Madura, sebut saja K.H. Kholil Bangkalan dan banyaknya Pesantren besar berskala Nasional, seperti Annuqayah dan Al-Amin, orang-orang Madura juga dipandang negatif memiliki perangai keras dan angkuh.
Salah satu bukti untuk mengahakimi orang-orang Madura keras dan angkuh adalah Budaya Carok. Carok selama ini masih dianggap sebagai bentuk kekerasan tanpa sisi kemanusiaan sedikitpun.
Pandangan seperti itu ‘diidap’ oleh orang-orang yang tidak mengetahui hakekat carok dan celurit secara utuh. Biasanya, mereka hanya mendengar dari mulut ke mulut atau memaknai carok tanpa pengetahuan yang tepat.
Carok adalah duel satu lawan satu yang dilakukan oleh orang Madura ketika harga dirinya diinjak-injak. Misalkan istrinya diganggu orang lain, maka sang suami merasa sudah diinjak-injak harga dirinya, merasa tidak dihargai rasa kemanusiannya. Jadi, carok bukan perang tanpa alasan. Dalam Carok, senjata yang digunakan adalah Celurit.
Jika Hugo Chevas merekonstruksi perang Boliviar menjadi Revolusi Bolivarianisme, penulis ingin memaknai Carok dan Celurit sebagai Revolusi Carokisme atau Revolusi Celuritisme, sebuah faham yang menolak semua jenis eksploitasi dalam segala hal, satu ajaran tentang kebaranian untuk membela kedaulatan meski harus nyawa yang menjadi taruhan, sama dengan Revolusi Bolivarian yang berani menentang sistem dunia yang menindas bangsa Venezuela atau seperti Perang Bolivarian yang berani mempertaruhakan nyawa demi membebaskan diri dan bangsa dari penindasan harga diri.
Venezuela memiliki Simon Bolivar sebagai tokoh pejuang kemerdekaan dan pelaku perang Bolivarian dalam membebaskan negara-negara Amerika latin dari kolonoalisme Spanyol, Madura memiliki Sakera sebagai tokoh carok yang dengan celuritnya melawan penjajahan Belanda!
Menuju Indonesia Merdeka
Indonesia dan Venezuela memiliki nasib yang sama dalam proses kebangsaan, sama-sama dijajah pihak asing. Kedua negara ini bahkan memiliki tokoh pendahulu yang sama-sama anti kolonialisme dalam berbagai bentuk termasuk dalam bidang ekonomi, kapitalisme.
Soekarno adalah tokoh milik rakyat Indonesia yang dengan tegas menolak negara sekuat apapun. Tercatat, Soekarno menolak keberadaan Israel yang mencaplok Wilayah palestina, mengkritik PBB karena bermarkas di AS ketika perang dingin. Kritikan itu dilakukan melalui perbuatan, yaitu membentuk gerakan non-blog Konfrensi Asia-Afrika.
Namun, ternyata kita berbeda nasib dengan mereka. Mereka mampu menerjemahkan semangat kepahlawanan pendahulunya, sedangkan kita hanya sibuk melakukan hal-hal yang memalukan: menerima sogokan, menikahi banyak perempuan dan saling mengkritik demi partainya sendiri, bukan bangsa dan negaranya!
Keberadaan para pejuang kemerdekaan Indonesia seakan tak ada guna. Kita menjadi bangsa yang tak kunjung mau menghargai mereka dan tak kunjung cerdas memaknai ulang semangat mereka. Jika demikian, selamanya kita akan lemah!

0 komentar:
Posting Komentar