Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng ketika masih sama-sama di Partai Demokrat/ Foto: tribunnews.com
Kasus korupsi mega proyek pembangunan wisma atlit di Hambalang, Bogor, Jawa Barat masih menyisakan sejumlah PR (pekerjaan rumah) untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Banyak kalangan mempertanyakan keseriusan KPK dalam mengusut kasus korupsi ini, khususnya terkait posisi mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
KPK sudah menetapkan Anas sebagai tersangka. Namun sejauh ini KPK belum menahan atau menyidik Anas, sebagaimana yang dilakukan terhadap mantan Menpora Andi Mallarangeng. Akibat gerak lamban KPK ini, kasus Hambalang menjadi polemik dan perbincangan dimana-mana. Apalagi, Anas terlihat bebas melakukan manuver, dan terus berkelit dari kasus korupsi tersebut. Anas bahkan terkesan bebas melakukan serangan terhadap orang-orang yang dianggap telah ‘menjatuhkannya’ dari posisi Ketum Demokrat.
Seharusnya KPK memperlakukan Anas, sama seperti ketika menahan Andi. Tidak lama setelah menetapkan Andi sebagai tersangka, KPK kemudian menahannya. Sementara terhadap Anas, KPK terkesan lemah. Akibatnya, Anas bebas bermanuver dan memunculkan berbagai macam tafsir atas kasusnya.
Anas bahkan terus membangun opini bahwa dirinya tidak bersalah, meskipun sudah ditetapkan sebagai tersangka. Beda halnya dengan Andi Mallarangeng. Meskipun pernah menyatakan dirinya tidak bersalah atas korupsi yang terjadi di proyek Hambalang, Andi tidak ‘ribet’. Dia mengikuti proses hukum, sambil fokus menyiapkan pembelaan. Andi juga tidak mengumbar pembelaan kesana-kemari, menggunakan media ini dan itu untuk memback-up dirinya.
Masyarakat pun tahu, Andi adalah orang dekat SBY, baik sebagai Ketum Demokrat sekarang maupun Presiden RI. Namun Andi tidak pernah meminta perlindungan, atau meminta agar orang-orang Demokrat, khususnya di sekitar SBY untuk membelanya. Dari balik tahanan, dia fokus mempersiapkan proses hukum.
Sementara itu Anas saat ini terkensan sibuk mencari perlindungan, khususnya kepada media. Setiap saat, ketika bertemu atau diminta konfirmasi oleh media, dia selalu mengatakan dirinya tidak bersalah. Dia tidak pernah menyinggung soal kesiapannya menghadapi proses hukum. Selain terkesan mencari perlindungan kepada media, Anas juga bermanuver dengan menyerang orang-orang di sekitar SBY. Misalnya, serangan kepada Edhie Baskoro atau Ibas. Memang bukan Anas yang menyerang langsung, namun melalui para loyalis-loyalisnya.
Namun sepandai-pandainya Anas berkelit dan berlindung, hukum tetaplah hukum dan prosesnya harus dijalankan. Bersalah atau tidak bersalahnya Anas dalam kasus Hambalang, hukum akan membuktikannya. Jadi, seharusnya Anas fokus mempersiapkan diri menghadapi proses hukum, dibandingkan sibuk ‘koar-koar’ kesana-sini.(***)

0 komentar:
Posting Komentar