Mogoknya dokter ini memang luar biasa. Lebih hebat, lebih terkordinir dan lebih menasional dari mogok guru yang sifatnya terbatas. Bila mogonya dokter ini berkaitan dengan kasus Dr. Ayu yang dianggap menjadi korban kriminalisasi, sedangkan mogoknya guru tak jauh-jauh dari kepentingan pribadi seperti tunjangan yang belum dibayar, kesejahteraan yang belum terjamin dan sebagainya.
Mogok Dokter Banyak Hikmahnya
Kalau kita perhatikan, mogok dokter kali lebih ditekankan pada dua hal. Pertama, agar pemerintah lebih serius memberikan jaminan hukum terhadap profesi dokter yang sering dikriminalisasi akhir-akhir ini. Kedua, agar pemerintah menyediakan fasilitas yang memadai untuk mendukung kinerja para dokter.
Faktanya memang begitu. Banyak dokter yang digugat pasien dengan berbagai alasan seperti tidak berada di tempat sehingga pasien meninggal, salah memberi obat, salah diagnosis dan sebagainya. Umumnya hal ini banyak terjadi dipelosok dan banyak luput dari perhatian publik. Penyebab utamanya tentu fasilitas yang kurang memadai tadi. Tak heran bila dibalik demo tersebut para dokter menyuarakan aspirasi agar pemerintah lebih serius melengkapi berbagai fasilitas medis yang dirasa kurang memadai selama ini.
Minim fasilitas medis inilah yang memaksa dokter sering merujuk pasien ke rumah sakit lain. Sayangnya sebagian banyak juga yang meninggal dalam perjalanan. Dalam kasus seperti ini lagi-lagi dokter dan rumah sakit ‘dipersalahkan’. Tak heran demo dokter kali ini banyak ditanggapi sinis oleh masyarakat yang hanya melihat sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri.
Selain peralatan medis tadi, penyebab lainnya yang membuat profesi dokter dalam sorotan publik btentu karena kurang seimbangnya rasio antara dokter dan pasien. Satu kota terkadang dipenuhi oleh dokter, sedangkan di kota lain, apalagi kota tergolong kecil, jangankan mencari dokter, mencari bidan saja terkadang sulitnya minta ampun. Menumpuknya dokter diperkotaan bukan aneh. Selain fasilitas sedikit lebih memadai, tentu juga dari segi penghasilan lebih menggiurkan. Lihat saja, banyak dokter yang digaji negara toh buka praktek juga dan meninggalkan “markasnya” sesuai jadwal yang mereka buat.
Mogoknya Guru Mau Kemana
Selaku guru, saya acungkan jempol terhadap dokter yang berani menyuarakan aspirasi terlepas motif apa yang ada dikepala mereka. Kalau dibandingakan dengan mogok guru, waduh sepertinya jomplang banget tujuannya.
Lihat saja mogok-mogok guru yang sering kita lihat dan saksikan di berbagai media. Isyu yang diusung tak jauh-jauh dari duit dan duit. Belum pernah kita melihat guru mogok secara nasional agar pemerintah meninggkatkan anggaran pendidikan atau membangun sekolah-sekolah yang rusak. Apalagi mogok nasional mendukung seorang guru yang dikriminalisasikan seperti kasus salah tangkap seorang Guru Muhammadiyah oleh densus 88 dengan tuduhan teroris tempo hari. Dimana peran PGRI saat itu? dimana suara guru-guru yang mengaku lebih cerdas dari dokter karena dokter juga lahir dari institusi pendidikan yang mereka ciptakan?
Terlepas dari perbedaan itu, saya hanya menitip pesan pada dokter dan guru yang profesinya sama-sama mulya di mata negara dan rakyat.
Dokter, kudukung mogokmu satu hari. Cukuplah sampai di sini. Negara sudah menyadari kelemahan mereka dan berjanji melengkapi fasilitas medis yang kau dambakan. Jangan terlantarkan pasienmu berlama-lama sebab Profesimu adalah nama lain kemanusiaan.
Guru yang banyak bicara di betrbagai media, sebelum mengkritisi rekan dokter saya ingin bertanya satu hal saja pada anda : Kapan kita mogok nasional untuk pendidikan yang bermartabat? Jangan ajak saya mogok menggugat tunjangan fungsional yang belum cair di daerah anda. Cuma kalau anda mengajak mogok demi membela guru yang terjerat kasus hukum yang direkayasa atau dipenjara hanya sekedar menjewer telinga, tolong hubungi saya. Cuma saya khawatir, anda tak cukup keberanian untuk itu. Wong PGRI dari pusat sampai kecamatan sama melempemnya dengan anda yang takut dipecat!
Dokter, saya nggak kagum dengan Dr. Ayu, saya kagum dengan kekompakan anda. Guru, walau saya guru, nanti dulu deh!
# Menulislah Dengan Objketif Untuk Indonesia

0 komentar:
Posting Komentar