Sebulan yang lalu, saat ada berita ditemukannya sebuah situs ( candi? ) di Desa Kunir Kidul, Lumajang, saya langsung berangkat ke sana untuk melihat dari dekat. Nah, ketika sedang istirahat mencari warung nasi, tiba-tiba mata tertuju pada sebuah rumah yang tampaknya kosong. Di halaman depan tampak dua buah kandang yang kurang terawat.
Di kandang pertama, ada seekor burung bangau tong tong setinggi kurang lebih 60 cm. Tampak kurus dan tertekan, apalagi tak ada makanan yang tersedia di dalam kandang.
Di kandang ke dua, ada seekor burung elang. Entah jenis elang apa. Namun tampaknya termasuk burung yang langka dan dilindungi. Sepertinya halnya burung bangau yang tampak tertekan dan kurang makanan, demikian juga burung elang ini. Sekali pun keganasannya masih tampak saat didekati.
Pemilik warung mengatakan pemelihara dan pemilik burung tersebut adalah seorang pegawai sebuah instansi pemerintah ( tidak saya sebutkan ) di kota Malang. Beliau mengatakan bahwa burung tersebut merupakan hasil perburuan dengan menjaring di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru oleh seorang pemburu yang kemudian dijual kepada aparat tersebut. Pemilik warung juga mengatakan bahwa burung tersebut kurang diperhatikan dan perawatan karena ditinggal bekerja di Malang.
Andaikata kedua burung tersebut memang bukan binatang yang langka dan dilindungi, tentu tetap kurang tepat jika ‘dikandangkan’ namun tanpa pemeliharaan yang baik dan ‘manusiawi’
Membiarkan binatang hidup bebas di alam liar akan tetap memelihara kelestarian mereka.
Salam lestari alam.
0 komentar:
Posting Komentar