promosi bisnis online gratis

Menggugat Kesaksian Jusuf Kalla soal Century


Keriuhan soal kasus Bank Century terus bergulir hingga saat ini. Tensinya semakin panas, apalagi menjaleng pemilu 2014. Kondisi ini wajar saja mengingat mereka yang diduga terlibat tidak berada jauh dari atau berada dalam lingkaran kekuasaaan. Geliat KPK yang mulai terlihat semakin fokus mengusut kasus ini menambah level tensi yang ada.


Ada beberapa tokoh yang ikut diperiksa bebrapa pekan terakhir. Diantaranya Wakil Presiden Boediono dan Mantan Wapres Jusuf Kalla. Pasca diinterogasi KPK sebagai saksi untuk kasus Century, Jusuf Kalla membuat artikel berjudul “Century, Skandal Perampokan Sistemik” di pasar blog Kompasiana, 28 November 2013.


Salah satu poin yang disinggung Jufuf Kalla adalah soal waktu pengucuran dana bailout. Menurutnya, rapat KKSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), penetapan dana bailout Century dilakukan pada hari Jumat-Sabtu (21-22 November). Dan uang juga dikeluarkan pada hari Sabtu.


Kalla pun mempertanyakan “Saya bingung juga, mengapa uang dikeluarkan hari Sabtu-Minggu? Mau kemana uang dikeluarkan hari Sabtu? Bukannya bank-bank tidak ada yang buka? Lari kemana uang itu?. Kalla melanjutkan “Senin bingung, kenapa tiba-tiba keluar 2,7 triliun. Padahal yang disetujui menurut apa yang dilaporkan ke saya adalah 630 milyar. Selasa bingung. Rapat lagi.” (Lengkapnya baca di sini sini).


Namun, keterangan Jusuf Kalla tersebut dibantah oleh pihak Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). “Tidak ada transfer Sabtu-Minggu, transfer pertama dilakukan pada hari Senin, 24 November 2008, melalui mekanisme perbankan biasa transfer ke rekening Century di Bank Indonesia via Bank Rakyat Indonesia.” Begitu kata Sekretaris dan juru bicara LPS, Samsu Adi Nugroho. (sumbernya di sini).


Keterangan LPS sejalan dengan data dari BPK yang dilansir oleh KATADATA. “Dalam dokumen laporan hasil pemeriksaan lanjutan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dirilis pada 22 Desember 2011 disebutkan bahwa transfer pertama kali dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Senin, 24 November 2008. Bukan Sabtu dan Minggu, seperti dituduhkan Kalla. Jumlah dana yang ditransfer pada hari itu pun hanya Rp 1 triliun, bukan Rp 2,7 triliun seperti juga disebutkan Kalla.” (Kalau mau data yang lebih lengkap soal ini bisa dibaca di sini).


Kalau merujuk informasi LPS dan KATADATA, lantas wajarkah kita mempertanyakan kejujuran Jusuf Kalla? Saya kira wajar saja. Saya pribadi cenderung lebih mempercayai data BPK daripada kesaksian Jusuf Kalla. Kalau bicara soal bukti, kita mesti “speak by data”, bukan berdasarkan info dari mulut ke mulut atau asumsi.


Kesaksian Kalla, khusus yang saya kutip di atas, menurut saya memang ngawur. Namun, keterangan yang dinilai ngawur tersebut tidak serta merta mementahkan penilaian Kalla bahwa kasus Century itu adalah bentuk perampokan sistemik. Bisa saja memang terjadi perampokan sistemik. Bisa juga sebaliknya. Biarlah KPK yang menjawab dan membuktikan kebenarannya.


Hanya saja, kita sebagai rakyat perlu bersikap. Kita sebaiknya mengambil jarak dan bersikap kritis terhadap informasi para elite seperti Jusuf Kalla. Jangan pernah telan mentah-mentah, atau bahkan menganggapnya sebagai kebenaran. Sikap kritis yang sama juga mesti kita tujukan ke anggota DPR yang masuk dalam Tim Pengawas Bank Century. Saya pribadi muak dengan sikap beberapa anggota Timwas yang bersikap seperti aparat penegak hukum. Berhati-hatilah dengan geliat busuk dan manipulatif para elite politik.


Kita berharap, KPK cepat menuntaskan kasus Century ini. Biar tidak menjadi “komoditas politik” busuk para elite politik. Semoga lembaga antirasuh ini bekerja dengan benar. Tidak terperangkap dalam dinamika dan arus politik yang kotor.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/01/menggugat-kesaksian-jusuf-kalla-soal-century-614711.html

Menggugat Kesaksian Jusuf Kalla soal Century | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar