promosi bisnis online gratis

PERTARUNGAN IDEOLOGI ATAU AMBISI PRIBADI (Catatan Kecil di PILGUBRI 2013)


Tidak berbeda dalam kampanye putaran pertama, dikampanye putaran kedua pemilihan gubernur dan wakil gubernur Riau (Pilgubri), kita belum melihat ada pertarungan visi maupun misi yang tegas, jelas dan tajam. Meski bersusah payah mencari dan menggalinya, agar kita bisa melakukan penilaian objektif sebelum memilih apakah pasangan nomor urut 1, Herman Abdullah - Agus Hidayat (HA) atau nomor urut 2, pasangan Anas Maamun - Arsyadjuliandi (Aman), kita sulit menemukannya. Pembedanya hanya pada pribadi orangnya yang lebih menonjol. Isu yang diangkap hampir tidak jauh berbeda.


Apakah dalam Pilgubri ini terjadi pertarungan ideologi dan cita-cita (mimpi Riau kedepan)? Jawab jujurnya, masih terasa jauh dan belum terasa. Berbagai isu strategis kurang tergali dan belum mampu dijual dalam kampanye politik. Sehingga yang muncul kembali kompetisi kekuasaan, adu gengsi dan pertarungan antar kelompok.


Ada yang berpendapat, ideologi yang muncul adalah merebut kekuasaan, itu saja. Sedangkan program-programnya hanya aksesoris belaka. Dalam berbagai spanduk, baliho dan publikasi di Media yang muncul adalah iklan-iklan politik yang provokatif dan kurang mendidik masyarakat. Kondisi ini membuat semua pihak terjebak berfikir pragmatis yang materialistis. Ini terlihat jelas dari dukungan partai kepada para calon bukan berdasarkan kedekatan ideologi partainya ataupun kesamaan visi perjuangan. Partai terkesan seperti mobil rental untuk mengantar calon yang sanggup membayar mahal kepanggung pesta demokrasi. Hal ini juga menjalar langsung kepada para politisi dan pemangku kepentingan di Riau. Banyak dari dasar memberi dukungan karena kedekatan emosional, terpaksa tunduk karena garis partai, dendam politik dan faktor siapa yang mau bayar.


Pada titik inilah biaya politik menjadi tinggi, orang tidak lagi bicara kualitas kepimpinan, visi perjuangan dan ideologi politik. Jika dia merasa bisa mendapat kesempatan menikmati uang politik maka dukungan mengalir. Syukur-syukur nanti menang jadi selain dapat uang saat proses Pilgubri, nanti jika menang bisa menuntut balas jasa karena pernah menjadi Tim Sukses.


Jadi jangan heran jika tercium aroma Pilgubri ini adalah pesta panen rezeki bukan lagi pesta demokrasi yang sesungguhnya. Berbagai usaha tumbuh dan berkembang, banyak orang bisa mengais rezeki dan mendapat pekerjaan sambilan. Mulai dari menjadi Tim Sukses, konsultan politik, percetakan, pengerahan massa, sewa transportasi sampai mungkin juga memberi rezeki bagi para dukun politik. Semuanya sangat transaksional, bukan dilandasi politik sebagai panggilan perjuangan, semua terasa kering, biasa saja, kurang mendapat perhatian masyarakat, pragmatis dan terjebak pada kepentingan sesaat yang berdimensi jangka pendek. Mungkin inilah sebabnya politik menjadi profesi dan tempat mencari makan.


PERTARUNGAN DUA POLITISI SENIOR

Pilgubri lebih tepat disebut pertarungan dua politisi senior dan uji kemampuan politik dua tokoh Riau. Keduanya sama-sama kader dan dibesarkan oleh Partai Golkar, jika Anas makmun menjabat Ketua Partai Golkar Riau sedangkan Herman pernah menjabat Ketua Golkar Pekanbaru. Sama-sama berpengalaman dibirokrasi, Herman pernah menjabat Walikota Pekanbaru sedangkan Anas saat ini menjabat Bupati Rokan Hilir.


Kelebihan Anas Makmun dibanding Herman Abdullah adalah pernah duduk di legislative yaitu menjabat Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis dan Ketua DPRD Rokan Hilir. Jika Herman birokrat tulen sedangkan anas selain birokrat pernah mengabdikan diri menjadi pendidik (guru).


Banyak pihak berusaha menepis ini bukan pertarungan antara Riau Daratan yang tokohnya diwakili oleh Herman Abdullah dan Riau Pesisir diwakili oleh Anas Makmun. Harapan kita semoga isu itu tidak benar, siapapun yang terpilih bisa berlaku adil sehingga pembangunan menyentuh semua daerah dengan memprioritaskan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan menuju visi Riau 2020 yang pernah dicanangkan.


Disisi lain dalam penempatan jabatan dipemerintahan nanti hendaknya, memperhatikan keterwakilan semua kabupaten dengan tetap berdasarkan kualifikasi dan kompetensinya. Sehingga tidak muncul dominasi satu daerah yang satu asal dengan gubernur ataupun wakil gubernur terpilih.


HARAPAN BUAT GUBERNUR BARU

Harus diakui Riau jauh tertinggal. Cukup banyak PR yang harus diselesaikan, mulai masalah kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan yang masih tinggi dan penyediaan infrastuktur yang menopang pembangunan ekonomi Riau. Disisi lain banyaknya kasus korupsi di Riau seharusnya menjadi perhatian serius sehingga kedepan dana pembangunan betul tepat sasaran dan sesuai peruntukan.


Kita berharap tidak ada lagi kedepan pejabat apalagi Gubernur tersangkut kasus korupsi atas alasan apapun. Riau perlu dikenal tapi jangan sampai terlalu banyak perhelatan sehingga masalah mendasar kurang menjadi perhatian.


Perlu juga dievaluasi sejauhmana hasil dari program Sapi dan kebun karet K2I yang pernah dilaksanakan. Ini penting agar dana yang banyak keluar tidak sia-sia dan jika berhasil bisa dilanjutkan.


Pembenahan BUMD yang hanya menghabiskan uang rakyat harus segera dilakukan, tentunya dengan mengawal agar BUMD berjalan secara profesional bukan menjadi sarang berkumpulnya tim sukses ataupun sanak keluarganya yang tidak memiliki kompetensi. Ataupun menjadi sapi perahan untuk membayar ongkos politik yang terlanjur keluar.


Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia Riau yang kompetitif dan siap bersaing dipasar kerja harus menjadi perhatian sangat serius. Untuk itu pembenahan pendidikan Riau harus segera dilakukan dan alokasi dana pendidikan hendaknya bisa ditingkatkan.


Senyapnya pembicaraan dan program strategis dalam mewujudkan Visi Riau 2020 yang memancangkan tekad menjadi pusat kebudayaan Melayu hendaknya menjadi konsen Gubernur kedepan. Perlu dilakukan evaluasi sudah sejauhmana mimpi ini tercapai sehingga sisa waktu 7 tahun kedepan bisa digunakan untuk mengejar ketertinggalan yang ada.


Saya yakin siapapun Gubernur kedepan akan berusaha menoreh tinta sejarah kiprahnya dalam pembangunan Riau. Mudah-mudahan keberhasilan pembanguan Riau dibawah kepemimpinan Rusli Zainal dan Mambang Mit bisa diteruskan dan kelemahan yang ada bisa dijadikan pelajaran agar kita tak mengulang kesalahan yang sama.


Selamat berpesta demokrasi, mari kita menyatukan tekad untuk membawa Riau menjadi Provinsi terdepan, maju, sejahtera dan menjadi pusat kebudayaan Melayu dalam arti yang sesungguhnya.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/30/-pertarungan-ideologi-atau-ambisi-pribadi-catatan-kecil-di-pilgubri-2013-615276.html

PERTARUNGAN IDEOLOGI ATAU AMBISI PRIBADI (Catatan Kecil di PILGUBRI 2013) | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar