“Suara hati nurani lahir dari kemurnian didalam diri yang bersih dan jujur, menuntun kepada keselamatan dan kebahagiaan. Suara hati nurani tidak akan keluar apabila hati kering dari cahaya keimanan dan kotor oleh sifat iri, dengki, amarah, dendam dan kotor oleh dosa. Hati nurani tidak dapat ditawar oleh pertimbangan untung rugi ataupun pertimbangan kepentingan, kekuasaan atau kesenangan”.
Mengapa Indonesia masih merana dan menderita? Ditengah keberlimpahan kekayaan sumberdaya alam, yang ditumpukkan dalam untaian pulau-pulau yang terletak dipersimpangan jalur pelayaran dunia. Dengan berbagai potensi masyarakat yang jumlahnya cukup potensial, terkenal berbudaya, ramah dan beragama dan hampir 68 tahun katanya “merdeka”, Indonesia masih diselimuti kemiskinan, berbantalkan kebodohan, kedinginan tercekik lilitan hutang serta hanyut dalam penjajahan bentuk baru dari aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dan keamanan.
Disisi lain ada sekelompok kecil orang kaya raya, yang berasal dari pengusaha nakal, politisi busuk, aparatur korup dan pemimpin yang tidak amanah. Berbagai tipu daya dilakukan oleh konglomerasi negeri ini untuk menguras kekayaan Negara yang seharusnya bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Aksi ini semakin lancar dan aman karena politisi kita banyak yang masih miskin dan lapar sehingga bisa ditunggangi dan dibodohi. Lemahnya perangkat dan penegakan hukum serta tindakan aparatur kita yang korup serta mudah diajak KKN semakin sempurna dengan lemah dan tidak tegasnya pemimpin bangsa yang selalu ragu, gamang, takut dan tebang pilih dalam penegakan hukum dinegara ini.
Indonesia terjebak dalam jurang kehancuran, perpecahan dan permusuhan dalam arena politik yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, daerah, partai dan kekuasaan. Negara dibiar berjalan apa adanya tanpa diurus dengan baik dan benar. Rakyat dibiar mencari sendiri kehidupannya dalam berbagai aktivitas pasar yang tidak terkendali sehingga negara penghasil minyak ini menjadi penginport minyak, masyarakatnya harus antri membeli BBM, produsen sawit terbesar didunia tetapi harga minyak gorengnya menjerat leher ibu rumah tangga, salah satu penghasil pulp dan kertas terbesar di Asia tetapi harga kertas mahal dan susah dijangkau pelajar dan mahasiswanya. Anak-anak bangsa dijadikan budak nafsu angkara murka, banyak TKW disiksa, dianiaya dan diperkosa, putri-putri cantik nusantara diperjual belikan diberbagai aktivitas porstusi dunia. Disisi lain berbagai industri strategis dilego dan digadaikan sehingga bangsa ini ibarat, ”Ayam mati dilumbung padi” dan terjajah dikampungnya sendiri.
Compang-camping bangsa ini semakin lengkap, karena daerah semakin sadar bahwa keadilan perlu segera ditegakkan, dimana hak-hak harus diberikan secara adil dan merata tanpa melupakan bingkai negara kesatuan Indonesia. Lihatlah sejarah panjang Gerakan Aceh Merdeka, Riau pernah menggeliat sehingga Kongres Rakyat Riau II yang melahirkan opsi merdeka disanding dengan gerakan menuntut otonomi khusus, Bendera Bintang Kejora kembali dikibarkan di Papua dan Bendera RMS-pun dikibarkan didepan hidung Presiden Republik Indonesia. Kekacauan semakin lengkap dimana Gubernur, Bupati, Walikota dan anggota DPR dan DPRD banyak diperiksa karena tindak korupsinya. Satu persatu pejabat negara mulai dari Ketua KPK era Antasari, Pejabat Tinggi Mabes Polri, Ketua Partai Politik terbesar dinegara ini, Ketua MK, Anggota DPR RI, Bupati, Walikota sampai level Lurah dan Kepala Desa semuanya mempertontonkan tindakan tidak terpuji yang makin membuat hilangnya kepercayaan terhadap politisi dan pejabat dinegeri ini. Baru-baru ini kita dihebobkan kembali dengan perilaku pelajar yang tanpa sungkan dan malu terlihat dalam rekaman video yang beredar luar melakukan tindakan amoral dan tidak terpuji. Ada apa dengan bangsa ini?
Sudah saatnya ”Hati Nurani Yang Bicara”. Bangsa ini memerlukan perubahan mendasar, bangsa ini memerlukan pemimpin yang kuat mengakar kebawah dan berpucuk keatas. Bangsa ini memerlukan politisi yang berhati nurani yang menjadikan jabatan sebagai wadah perjuangan dan pengabdian. Bangsa ini memerlukan aparatur pemerintah yang berilmu, berpengalaman, berakhlak, jujur dan bisa dipercaya yang lahir dari lembaga pendidikan yang benar serta direkrut dari proses yang transparan, terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan. Indonesia harus mencontoh Cina yang berani memberantas koruptor sampai keakar tanpa memandang bulu tanpa dihiasi kepentingan politik dan balas dendam. Hukum gantung para koruptor, miskinkan mereka dan keluarganya serta cabut hak politiknya sehingga membuat efek takut dan jera. Kalau sekarang di Indonesia, mantan koptor yang sudah keluar penjara bisa jadi pejabat negara dan tampa malu ikut kembali mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR dan DPRD. Mau jadi apa bangsa ini?
Bangsa ini harus diurus dengan benar, dimana suara hati nurani rakyat diserap oleh wakil-wakil rakyat yang terpilih melalui proses demokrasi yang jujur dan adil serta memenuhi kualifikasi kelayakan, kepatutan dan kepantasan. Jangan lagi dipilih wakil rakyat yang bodoh sehingga tidak mampu menjabarkan aspirasi dan harapan masyarakat. Jangan pilih politisi yang menjadikan rumah rakyat untuk mencari pekerjaan, mencari makan dan menumpuk kekayaan. Jangan pilih politisi yang busuk karena cacat moral dan berhimpun dalam partai politik yang haus akan kekuasaan yang pada akhirnya menjadi kader dan rakyatnya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Saat memilih pemimpin cermati betul orangnya, latar belakang diri dan keluarganya, jejak rekan dan perjalan hidupnya.
Sudah saatnya Indonesia memiliki pemimpin yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa ini, pilihlah pemimpin yang berpendidikan, berpengalaman, bertaqwa, berilmu, beriman, tegas dan berani menegakkan peraturan dan kebenaran. Pilihlah pemimpin yang tidak haus kekuasaan ataupun menjadikan kekuasaan untuk gengsi dan menambah pengalaman organisasi. Jangan pilih pemimpin yang pernah gagal namun masih ingin mengulang kembali. Jangan ulangi kesalahan dengan memilih pemimpin yang tidak becus mengurus dirinya sendiri, tapi pilihlah pemimpin yang berhati nurani dan memiliki konsep, tim dan sumberdaya untuk mengurus bangsa ini.
Program pembangunan kedepan harus betul-betul diarahkan bagaimana mensejahterakan rakyat bukan pejabat atau konglomerat. Jangan lagi kita lihat ada rakyat yang tidak makan, menderita buruk gizi dan busung lapar. Kita tidak rela melihat rakyat bangsa besar ini antri minyak, antri gas, antri BBM dan jangan sampai antri bahan makanan. Pengusaha yang lahir dibumi pertiwi harus mengedepankan nurani sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan selain mengejar keuntungan juga memperhatikan karyawan, masyarakat sekitar melalui corporate social responsibility sebagai wujud kepedulian sosial serta melaksanakan kegiatan usaha yang ramah lingkungan.
Segenap potensi bangsa harus duduk satu meja, menanggalkan identitas sosial, politik dan ego masing-masing menyatukan gerak langkah membangun Indonesia baru yang terhormat, berwibawa, sejahtera dalam kemandirian dan tidak tergantung dengan siapapun juga. Indonesia harus merdeka dalam arti sesungguhnya, merdeka secara sosial, merdeka secara budaya, merdeka secara ekonomi, politik dan bicara lantang menegakkan politik bebas aktif dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Bangsa ini tidak lagi memiliki pilihan, berubah atau punah.

0 komentar:
Posting Komentar