Erick Thohir (Foto: bbc.co.id)
Menjelang Pemilu 2014, “demam” menjadi kandidat presiden melanda sejumlah tokoh politik di tanah air. Layar televisi, halaman media cetak, maupun laman media elektronik dipenuhi oleh wajah-wajah yang ingin mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Beberapa partai politik bahkan membuka ruang penjaringan melalui sebuah event yang dikenal dengan sebutan konvensi calon presiden.
Untuk mewujudkan mimpi memimpin republik ini, sang calon presiden berani mengeluarkan uang untuk memasang iklan diberbagai media. Rakyat seperti dipaksa otaknya dicuci dengan iklan-iklan calon presiden. Kadangkala, iklan sang calon presiden sangat mengganggu para pemirsa televisi dan pengguna internet. Pasalnya, wajah sang calon presiden muncul tiba-tiba dan menutupi topik yang ingin dibaca. Lama kelamaan, bosan juga melihat wajah-wajah itu terus yang muncul di depan kita.
Sebenarnya apa yang ingin dicari tokoh-tokoh itu sampai rela mengeluarkan biaya iklan yang sedemikian besar? Untuk diketahui bahwa penghasilan Presiden Republik Indonesia itu tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk iklan perkenalan, proses pencalonan, kampanye, maupun tahapan pemilihan. Istilah orang tua di kampung, lebih besar pasak daripada tiang.
Berapa penghasilan Presiden Republik Indonesia? Seperti dilaporkan The Economist pada Juli 2010 dalam tempodotcom (22/1/2011) ternyata penghasilan Presiden Republik Indonesia per tahun sebesar US$ 124.171 atau setara dengan Rp. 1,12 milyar (dengan kurs pada saat itu). Dengan penghasilan sebesar itu, Indonesia berada diurutan ketiga untuk jumlah penghasilan kepala negara setelah Kenya (US$ 427.886) dan Singapura (US$ 2,18 juta).
Kemudian, berapa biaya politik yang dibutuhkan untuk meraih kursi RI-1? Seorang pengamat ekonomi politik seperti dikutip situs Forbes 20 November lalu memprediksi, bahwa setiap calon presiden di Indonesia minimal harus menyiapkan US$ 600 juta atau sekitar Rp. 7 triliun. Asumsinya, seorang calon presiden minimal harus memperoleh 70 juta suara untuk terpilih. Jika biaya yang diperlukan satu orang pemilih Rp.100 ribu, maka total yang harus dikeluarkan pasangan calon Rp. 7 triliun (dikutip dari detikcom, 28/11/2013).
Membandingkan penghasilan Presiden RI sebesar Rp. 1,12 milyar setahun, katakanlah Wakil Presiden RI juga berpenghasilan Rp. 1,12 milyar pertahun (total penghasilan pasangan ini Rp. 11,2 milyar selama lima tahun), dipastikan mereka mengalami ketekoran besar. Bayangkan, biaya politik yang harus mereka keluarkan, seperti dilaporkan The Economist sebesar Rp. 7 triliun, maka pasangan ini mengalami kerugian sebesar Rp. 6,98 triliun. Adakah manusia sehat yang ingin rugi?
Oleh karena itu, kompasianer harus angkat sepuluh jari dan dua jempol untuk Erick Thohir yang telah berhasil menjadi “presiden” di negara lain dengan total investasi sekitar Rp.4,5 trilyun. Terhitung sejak Jumat (15/11/2013), Erick Thohir resmi menjabat sebagai Presiden Inter Milan menggantikan Massimo Morrati.
Bayangkan, hanya dengan investasi Rp. 4,5 trilyun seorang Erick Thohir bakal disanjung-sanjung melebihi presiden sebuah negara. Sanjungan bukan hanya berasal dari publik sepakbola di Italia, malah publik sepakbola di tanah air mulai menaruh harapan besar kepadanya. Urusan popularitas, klub Inter Milan lebih dikenal orang di dunia dibandingkan dengan negara kita yang makin terpuruk diberbagai sisi.
Saat ini saja Inter Milan sudah berada di papan atas klasemen Liga Italia. Seandainya Inter Milan bisa merangkak lagi ke urutan yang lebih atas, dan menjuarai berbagai kompetisi, Erick Thohir bakal makin populer. Lebih-lebih jika Erick Thohir berhasil menarik pemain-pemain Indonesia untuk “merumput” di Inter Milan, popularitasnya bisa “mengalahkan” popularitas Presiden Republik Indonesia.
Jangan-jangan, langkah berikutnya dari seorang Erick Thohir untuk mengincar kursi RI-1 pada Pemilu 2019? Boleh jadi, karena sepakbola dewasa ini sudah seperti “ideologi.” Siapapun dia, tua, muda, laki-laki maupun perempuan, kalau berbicara tentang sepakbola seperti berbicara tentang masa depannya. Mereka inilah sesungguhnya pemilih potensial yang paling solid.

0 komentar:
Posting Komentar