Jelang akhir pekan kita masih saja menemui berita, rupiah mendapatkan banyak tekanan. Tekanan juga datang dari kenaikan permintaan dollar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir bulan. Belum lagi tumpukan pekerjaan dan rutinitas yang dijalani membuat tekanan di kepala semakin berat. tak hanya masyarakat biasa, para konglomerat juga mengalami hari kerja penuh tekanan dari Senin hingga Jumat.
Tekanan menjadi menu harian. Tekanan telah merasuki semua sendi kehidupan manusia. Di bidang ekonomi ada tekanan pasar kepentingan, Jusuf Kalla : Century, Skandal Perampokan Sistemik.pasar. Di bidang politik dalam tekanan kekuasaan, Febrialdi: Andaikan Antasari Azhar Ketua KPK,Budi yang Ono Sudah Jadi Tersangka!
Belum jauh berselang, di bidang hukum terasa tekanan peradilan, Chrysmawan : Kasus Dorter. Ayu Cs: Air Susu Dibalas Air Tuba. Kasus ini di bidang sosial media menuai tekanan pro kontra. Di bidang Olahraga muncul tekanan prestasi, Hery: “Semua Demi Merah Putih, Persipura dan Arema Tampil di Piala AFC 2014”. Sajian penulis di kompasiana secara samar ada tekanan sepi pembaca, Wijaya Kusumah : Ketika Tulisanmu Sepi Pembaca.
Tekanan telah menjadi realitas verbal. Kini ada gejala tekanan kejiwaan. Gejalanya sama. Semakin banyak hiburan, semakin banyak yang menekan. Banyak yang menghibur diri, namun makin tak terhibur. Hanya karena harinya yang libur maka banyak orang berlibur namun perasaannya tidak. Ada. Banyak yang pergi berlibur, namun jiwanya tidak ikut berlibur. Hiburan dicari, tekanan mencari-cari.
Melacak jejak tekanan saja salah arah. Sebetulnya kita dilahirkan dalam tekanan. Itulah puncak ketegangan masa lalu. Kalau pun harus melakukan mewujud dan mengalami transformasi dalam bentuk lain.Tekanan itu terurai dalam wajah keindahan. Tekanan itu tak tergantikan, meski ada tekanan lain.
Tekanan dalam batas tertentu menuai ketegangan. Ketegangan itu ibarat penonton, tegang hanya karena kita tidak ikut bermain. Tegang itu tidak berarti keras. Keras itu pula tidak otomatis tegang. Tegang yang tak keras itulah sukses kejiwaan. Semoga tidak terintimidasi. Ketegangan tidak selalu benar.
Tekanan telah membonceng ketegangan di tempat yang sakral. Tak ada ketegangan yang cetar membahana. Pembeda menyatu. Dan pesonanya melahirkan kenikmatan. Selamat akhir pekan.
salam kenal tuk kompasioners

0 komentar:
Posting Komentar