Lakon negeri ini kembali menghadirkan cerita lucu, tidak pernah ada habisnya. Demi uang dan kekuasaan, rakyat di telantarkan, undang-undang dikebiri, Tuhan di anggap tidak ada. Tidakkah kalian berfikir tentang kami? Ada di antara kami yang lontang-lantung di jalanan, ada di antara kami yang mengais sampah untuk makan dan ada berbagai macam penderitaan buruk lainnya yang tidak bisa kalian bayangkan. Tahukah kalian kenapa? Itu semua karena kalian yang haus kekuasaan dan dikuasai oleh setan. Sementara kalian mencari cara di ruang indah banggar DPR agar dana kampanye anda terpenuhi? Dan agar kalian terpilih lagi.
APBN 2014 mulai dirancang, mendadak kalian memunculkan dana siluman senilai Rp. 27 Triliun. Untuk apakah dana sebesar itu? Kalian menjawab untuk optimalisasi pembangunan, setiap kementrian lembaga membutuhkannya agar proyek-proyek yang dibangun bisa berjalan dan berfungsi optimal. Kalian pikir rakyat akan percaya sepenuhnya? Jika memang berjalan sesuai prosedur dan benar-benar jelas aliran dana itu untuk kemakmuran negara, rakyat kecil tidak akan keberatan. Tetapi sungguh aneh jika angka-angka itu muncul hanya dalam 10 hari terakhir pembahasan APBN 2014. Pembengkakan dana optimalisasi ini sangat erat kaitannya dengan pesta demokrasi 2014, kenapa setiap menuju pesta akbar itu dana optimalisasi ini selalu bertambah?
Di APBN 2013 dana optimalisasi senilai Rp.11 Triliun, sungguh aneh jika peningkatannya lebih dari dua kali pada tahun ini. Fenomena aneh ini bukan terjadi sekali saja, di tahun 2008 dana optimalisasi senilai Rp. 4,2 Triliun menjadi Rp. 8,7 Triliun. Selalu meningkat drastis jika akan menghadapi PEMILU. Apakah dana itu untuk di korupsi? Untuk biaya kampanye pribadi dan partai? Kemungkinan itu tidak tertutup, bahkan terbuka lebar.
Apakah kalian sudah tidak peduli kami, rakyat kecil? Separah itu kah kekuasaan mengerogoti kalian yang dulu pernah idealis seperti kami? Semudah itu kah kalian mengkhianati perjuangan kalian dulu? Kami sangat yakin kalian dulu berteriak di jalanan, di media atau apa saja yang sekiranya bisa memuaskan aspirasi kalian untuk memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak kalian dan rakyat kecil.
Berteriak menuntut keadilan, bertindak demi rezim yang lebih baik. Ada sebagian besar dari kalian tokoh-tokoh reformasi yang berteriak lantang menjatuhkan rezim orde baru, dulu kalian benar-benar berjuang untuk negara. Bahkan tidak takut mati demi Ibu Pertiwi. Ada teman kalian yang mengorbankan nyawa untuk reformasi. Berjuang mendirikan fondasi reformasi. Tapi sekarang apa? Kalian berjuang untuk menghancurkan apa yang kalian perjuangkan dulu, menghancurkan apa yang kalian bangun.
Semunafik itu kah kalian? Tentu saja itu pertanyaan retoris, semua orang juga tahu bahwa sebagian besar dari kelompok kalian bisa dibilang munafik. Andaikan saja ada sebutan yang lebih kasar, mungkin itu pantas untuk kalian atau itu pasti sangat pantas. Kalau memang kalian semua sudah tidak bisa mewakili kami dengan baik di gedung terhormat itu, kami tidak akan memaksakan, kalian bisa menyerah, tidak usah mencalonkan diri lagi dan memberikan kepada semangat baru, semangat muda yang benar-benar ingin perubahan, tetapi kalian haus kekuasaan, idealisme kalian untuk membangun negara ini dengan baik dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan kelompok. Dikalahkan oleh uang, kekuasaan benar-benar merusak.
Sebentar lagi PEMILU, akankah kalian mengemis suara-suara kami lagi? Tentu saja. Kalian yang tidak punya malu, kalian yang tidak punya rasa terima kasih. Setelah terpilih apa yang kalian lakukan? Melupakan kami tentu saja. Bagi kami pengemis suara rakyat, pengemis jabatan lebih hina dan rendah dari pengemis recehan. Tapi kami juga terlalu bodoh, ada sebagian dari kami yang mau memilih kalian lagi, padahal udah nyata kalian mengkhianati amanah kami. kalian itu wakil kami, tolong perjuangkan hak-hak dan keadilan untuk kami. jangan ambil uang kami untuk kampanye, walaupun modus kalian sebagai dana optimalisasi.

0 komentar:
Posting Komentar