(ilustrasi: 9gag.com)
Partai yang sekarang bersaing dalam Pemilu 2014, hendaknya mulai ‘menyembunyikan’ ideologi partai mereka. Partai nasionalis maupun yang berkedok agama, sudah mulai ketar-ketir jika tokoh-tokoh yang mereka usung dalam Pilreg maupun Pilpres nanti tidak terkenal. Mereka pun berlomba-lomba mencari artis atau public figure yang sudah memiliki track record dalam fikiran masyarakat.
Heri menilai bahwa partai politik yang hanya menjual ideologinya akan sulit bersaing dalam Pemilihan Umum 2014. Pengaruh ketokohan lebih menonjol dibanding ideologi parpol dalam pemilu mendatang.
“Ini tantangan bagi Parpol di 2014. Kalau ada partai yang menjual ideologinya, akan sulit. Apa yang menonjol tadi, ketokohan,” kata Heri Budianto, pengamat politik dari Universitas Mercu Buana. (berita: tribunnews.com)
Jatuhnya, Parpol akan terseok dan mungkin aka kolaps jika semata-mata mementingkan ideologi yang mereka banggakan. Ideoloi sebagai dasar pergerakan Parpol tentunya penting secara visioner. Namun, bagi masyarakat Indonesia saat ini, ideologi mereka bak barang dagangan yang didiskon besar, namun tidak laku. Yang menarik bagi masyarakat adalah siapa yang ‘menjual’ ideologi tersebut.
Penokohan atau figur yang diusung suatu Parpol tentunya akan menjadi pendulang suara. Baik bagi para caleg maupun Capres nantinya. Tidak heran ada partai yang ‘isinya’ artis. Bak pepesan kosong, mereka hanya bisa menjabat tanpa sumbangsih berarti. Mereka SPG yang cantik dan menawan menawarkan ideologi partai. Setelah Parpol ‘habis’ menjual barangnya, para SPG ini hanya menjadi karyawan ‘outsourcing’. Diperah semua daya dan fikir mereka saat menduduki jabatan di DPR/MPR.
Gonjang-ganjing Capres 2014 nanti pun sekiranya akan menjadi momen Parpol ‘berburu’ tokoh yang memiliki citra dalam hati masyarakat. Jokowi dengan segala prestasinya, banyak diwacanakan akan dipinanng Parpol tertentu. Mereka yang sudah terkenal ‘joss‘ track record-nya seperti Mahfud MD, Dahlan Iskan, bahkan sampai pemain baru seperti Promono Edi atau Hary Tanoe, berupaya sekuat modal untuk pamer citra. Dengan menggunakan kendaraan Parpol, tentunya masyarakat tidak melirik ideologi. Namun pada si ‘pembawa’ ideologi tersebut.
Dinasti Berbasis Parpol (Partaigarki)
Pada akhirnya nanti, Parpol koalisi ataupun oposisi akan menjadi satu kekuatan besar. Menjadi ’satu’ Parpol dengan beragam corak ideologi. Sebuah kekuatan status quo. Karena pada, isi dari koalisi Parpol ya itu-itu juga. Parpol besar dan memiliki modal besar. Baik modal dari figur atau modal yang berasal dari banyaknya jumlah ‘wakil’ yang duduk di DPR/MPR. Dan atau, modal dari utak-atik proyek negara, seperti Hambalang yang menghujani Partai Demokrat dengan hujan uang puluhan miliar.
Poros tengah pun natinya juga akan berisi para Parpol pengusung ideologi ‘oposisi’ jadi-jadian. Dengan segala janji akan selalu ‘mengawasi’ jalannya pemerintahan. Toh pada akhirnya, mereka terlarut dalam arus korupsi sistemik anggota legisla-thieves, yudika-thieve maupun ekseku-thieves. Mereka seolah diam dan sama-sama tahu. Saya suka, kamu suka kita simpan semua bersama-sama. Kalau ada yang tertangkap, cukup ucap “Saya lupa!”
Parpol status quo ini, baik pro maupun con terhadap pemerintah, pada akhirnya Parpol koalisi yang berisi corak yang berbeda. Ada yang berkedok agama. Namun hati dan fikir mereka adalah serigala serupa lainnya. Berlagak suci dengan ideologi transendental, namun perilaku naif keduniawian. Mereka yang nasionalis pun tak jauh dari aroma busuk para pemangsa APBN/APBD. Semua berkutat dengan penegakan Pancasila dan demokrasi, namun perilaku cuma berupa Partaigarki (dinasti berbasis partai). Semua daya dan upaya adalah demi kepentingan partai dan golongan. Masyarakat Indonesia atau simpatisan partai mereka, itu urutan kesekian.
Walau tidak menampik mereka yang benar-benar bekerja demi rakyat. Namun citra penokohan mereka nampak buram dalam keruhnya arus busuk perusakan sistemik sistem kenegaraan. Semua tergerus dinasti partai yang menjelma menjadi gurita bertangan gaib. Mengatur dan mengontrol semua biro, komisi, maupun individu dalam lingkar ketatanegaraan.
Semoga Tuhan selalu memberi Indonesia berkah dan jalan menuju kebaikan bersama.
Salam,
Solo, 01 Desember 2013
12:41 am

0 komentar:
Posting Komentar