promosi bisnis online gratis

Hövding, Helm Airbag Pegowes Urban


Sekedar ilustrasi, di Belanda, negara yang sering dijuluki ‘surga’ bagi pesepeda, tiap tahun tercatat sekitar 200 korban jiwa akibat kecelakaan yang melibatkan alat transportasi ini. Cedera di kepala disebut penyebab utama insiden fatal itu. Sebenarnya, pemerintah Belanda sudah menganjurkan pengendara sepeda memakai helm. Namun, masih banyak—termasuk saya—orang Belanda mengindahkan imbauan ini. Alasannya, kurang praktis dan kurang estetis. Apalagi buat pegowes perempuan yang cukup banyak menghabiskan waktu pagi-pagi nge-blow rambut atau pria-pria u(r)ban dengan gaya spike-nya. Pokoknya, enggak banget deh. Hehe…



Anna Haupt dan Terese Alstin, dua perancang wanita asal Lund, Swedia, memahami pula ‘masalah’ urban ini. 2005 lalu, sewaktu mereka menulis tugas akhir di kampusnya, di Swedia sedang hangat-hangatnya berlangsung diskusi seputar kewajiban memakai helm bagi pesepeda berusia di bawah 15 tahun. Mayoritas penduduk menentang usulan RUU ini. Haupt dan Alstin justru terinspirasi dan membuat angket berisi pertanyaan: mengapa mereka menentang kebijakan ini? Kebanyakan nara sumber merespons sebab kurang modis dan mereka mau memakai helm asalkan tak terlihat atau invisible.



Singkat cerita, Haupt dan Alstin malah mendapat ide membuat invisible helmet dan satu-satunya teknologi yang memungkinkan adalah airbag. Helm kantung udara kreasi mereka sejak dua tahun belakangan dilansir secara internasional dan diberi nama Hövding, kepala suku arti harafiahnya dalam Bahasa Swedia. Barangkali, mereka terinspirasi dengan suku Indian. Pengamatan saya, helm airbag ini dalam keadaan in function mirip hiasan ‘lurahnya’ orang Indian.



1385689765605206098

Foto: hovding.com





Lalu, apa istimewanya? Selain melindungi kepala, helm ini juga berfungsi mengurangi benturan di leher. Seumpama pengendara sepeda ditabrak dari belakang atau jatuh di aspal, dalam hitungan 1/10 detik kantung udara Hövding bakal mengembang. Helm ini dilengkapi sensor yang dioperasikan dengan baterai isi ulang. Baterainya tahan sekitar enam minggu jika dipakai rata-rata bersepeda 30 menit tiap hari, setelah itu harus di-charge lagi. Karena helm ini dipakai melingkar di leher, kepala tetap bebas bergerak dan dandanan rambut tak bakal kempes. Haha…



Di negara-negara empat musim, Hövding ini pun bermanfaat menahan hawa dingin. Bahkan, perancangnya sudah menyiapkan syal tambahan beragam motif jika ingin matching, baik untuk pria maupun wanita. Entah, di negara-negara tropis seperti Indonesia agaknya mesti disesuaikan bahannya, mungkin bisa pakai batik sebelum diklaim negara lain. Buat pegowes yang demen offroad di kawasan Puncak atau anggota komunitas Bike to Work sepertinya helm ini dapat dijadikan alternatif.



Salah satu rekan ‘nyawah’ saya memesan helm ini dari webshop-nya Hövding. Lumayan menguras isi dompet harganya, € 399 termasuk ongkos kirim. Untung, asuransi kolega saya meng-cover sebagian biaya tersebut. Pikir-pikir, nyawa tak bisa dihargai dengan uang, toh? Helm ini pun jika dibandingkan dengan airbag di mobil-mobil pun sebetulnya boleh dibilang minim harganya. Di samping itu, karena helm ini harus dibuang jika kantung udaranya telah mengembang, pihak asuransi Belanda memberi potongan 50% untuk pembelian selanjutnya. Sekali berkembang, setelah itu mati. Halah…



Banyak yang berpendapat, helm ini lebih cocok dipakai di dalam kota. Kecepatan maksimum berkendara di daerah perkotaan dan pemukiman biasanya berkisar 30 hingga 50 kilometer per jam. Terlebih, pegowes urban kebanyakan menggunakan sepeda di dalam kota. Namun, perkumpulan sepeda di Belanda tetap menganjurkan helm standar atau helm airbag bagi pengendara sepeda di luar jalur kota. Minimal, meski kemungkinan cedera tubuh lebih besar, kepala masih terlindungi.



Berikut saya lampirkan cuplikan video Hövding dan crash test-nya. Check it out…


Saya tergerak menulis karena kagum dengan dua perempuan inovatif di balik invisible helmet ini. Kalau ditelisik, ini sebetulnya ‘lahannya’ pria, kan? Delapan tahun dua perempuan ini malang-melintang mencari sponsor hingga akhirnya disubsidi oleh sebuah badan keuangan di Swedia. Selain itu, tim mereka—17 orang seluruhnya—membuat webshop internasional yang dikelola apik dan menarik. Siapa tahu ada Kompasianers berminat membuka cabang atau jadi dealer di Indonesia?



First things first. Safety first…


***



sumber : http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/11/29/hvding-helm-airbag-pegowes-urban-612275.html

Hövding, Helm Airbag Pegowes Urban | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar