Pagi-pagi disuguhi berita oleh beberapa media online yang cukup update. Ada dua opini yang cukup menarik dari dua tokoh yang berbeda partai tentang realitas politik kekinian. Pendapat pertama dari Wakil Sekjen Partai Golkar, Tantowi Yahya menilai sebagian besar partai politik (parpol) di Indonesia hanya berorientasi menang pemilihan umum (pemilu) yang membuat parpol memilih calon legislatif (caleg) yang sanggup menghadirkan pemilih, tanpa memandang kualitas.(tak-ada-caleg-artis-di-golkar). Opini yang kedua dari Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bidang Politik dan Pemerintahan Partai NasDem, Akbar Faisal, mengatakan sejumlah hal harus dibenahi oleh partai politik jelang pemilihan umum 2014. (parpol=bus-kota-yang-berisi-copet )
Realitas politik bangsa kita kini memang begitulah adanya. Setidaknya untuk menerjemahkan realitas itu cukup dengan menggunakan pendekatan analogi. Meski dalam teori berpikir ilmiah, analogi berada pada tingkat bawah, tetapi analogi cukup cerdas untuk menggambarkan realitas itu. Analogi itu sederhana dan cepat diserap nalar. Analogi partai politik yang pertama adalah PARPOL LAGAKNYA KLUB SEPAK BOLA, dan yang kedua PARPOL BAK BUS BERISI PENCOPET.
PARPOL LAGAKNYA KLUB SEPAK BOLA
Seperti yang termaktub dalam UU. NO. 2 Tahun 2011 menyebut parpol sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian beberapa produk perundang-undangan dan konsensus menegaskan bahwa hanya dengan melalui parpol seorang warga bisa menyalurkan hak-hak politiknya, salah satunya hak dipilih. Untuk menjadi wakil rakyat, maka parpol-lah corongnya.
PEMILU sebagai medan perang parpol dan caleg-nya dalam rangka menarik suara rakyat sebanyak-banyaknya dan kompetisi ini berujung pada kata “PEMENANG.” “Kata akhirnya adalah menang, maka partai-partai di Indonesia sudah berlagak bagai klub-klub profesional di liga Inggris di Spanyol. Dia tidak mau tahu sistem pengkaderannya gimana, pokoknya menang” ujar Tantowi Yahya. Dalam sebuah artikel seorang kompasiana yang berjudul jika-partai-politik-seperti-klub-sepak-bola dan seorang bloger dalam tulisannya antara-partai-politik-dan-klub-sepakbola sangat gamblang menganalogikan struktur parpol dengan sepakbola. Kedua tulisan itu mengungkap keidentikan parpol dengan klub sepakbola dari aspek manajerial, bukan pada pemainnya.
Beberapa klub bola, entah di Eropa maupun di benua apapun, sangat mendamba menjadi juara liga di negaranya maupun kompetisi lainnya. Untuk menjadi juara, tentulah banyak cara yang ditempuh, mulai dari yang halal hingga haram. Yang haram seperti menyogok wasit, kongkalikong dengan beberapa pihak terkait, dan beberapa prilaku negatif lainnya. Sebagai contoh kasus calsiopoli di Italia yang mengharuskan Juventus turun tahta dari seri A ke seri B dan 3 gelar scudetto-nya dicabut. Sedangkan yang halal seperti memperkuat tim junior dan memperhebat sekolah sepakbolanya,klub mengorbitkan pemain muda hebat, dan kalau sebuah tim yang punya dana melimpah (atau siap mengutang) tentu membeli pemain yang sudah punya nama hebat. Sebutlah Barcelona cukup sukses dengan La Masia-nya dan Real Madrid dengan gemarnya membeli pemain bintang.
Begitulah klub sepak bola dan sangat mirip dengan parpol itu. Parpol peserta pemilu bisa juga menggunakan dua cara itu, cara halal dan haram. Halalnya dengan melakukan kaderisasi yang baik dan mengutamakan kualitas, mengorbitkan caleg yang berkualitas, dan kalau perlu mendatangkan caleg-caleg familiar (entah berkualitas atau tidak) seperti menjadikan artis atau public figure sebagai caleg. Cara haramnya tentu melakukan kongkalikong dengan pihak terkait, penggelembungan suara, etc.
Terkait dengan pemainnya, tidaklah masalah kalau parpol ingin menang, sudah kodrati karena setiap kompetisi pasti ada pemenang. Yang menjadi masalah ketika jalur halal tercederai oleh caleg-caleg yang tidak punya kompetensi atau kualitas. Obsesi jadi pemenang akan semakin absurd oleh caleg yang tidak berkualitas. Yang paling parah ketika parpol secara sadar memanfaatkan “ketidakmampuan” caleg dan akhirnya caleg tersebut seperti sapi perah. Baguslah kalau ketidakmampuan itu dioptimalkan menjadi mampu/berkualitas, tapi kalau baru caleg tersebut main dan sukses menaikkan nama parpol kemudian di bangku cadangkan atau malah didepak dari tim (parpol), sungguh terlalu.
PARPOL BAK BUS BERISI PENCOPET
“Tidak ada kaderisasi parpol yang benar. Ada parpol bus kota, mulai copet sampai penumpang ada. Ada juga tong sampah yang isinya sampah,” ujar Akbar Faisal.
Korelasi antara analogi parpol seperti klub bola dan parpol bak bus berisi pencopet sangatlah tinggi. Seperti pernyataan Akbar di atas tentang kaderisasi yang tidak baik dalam sebuah parpol akan berimbas pada parpol tersebut. Parpol sebagai kendaraan politik sebaiknya ditumpangi dan diarahkan oleh orang-orang baik sehingga tujuan baik parpol yang diamanahkan undang-undang tercapai dengan baik. Tapi apalah dayanya ketika parpol tidak sukses melakukan kaderisasi. Tentu akan melahirkan sebuah ketimpangan.
Caleg yang tidak baik itu ibarat pencuri dalam bus kota. Selain merusak nama baik bus (parpol) juga akan membuat dinamika jalan raya (percaturan perpolitikan) semakin tidak indah. Contoh terbaru, ada caleg di kabupaten Musirawas merupakan seorang perampok nasabah sebuah bank, ada caleg di Makassar seorang (eks) penyabu, ada caleg artis yang tiba-tiba jadi alim (berkerudung, etc), ada caleg yang pernah mundur dari kursi legislatif kemudian mencalonkan diri lagi dengan alasan mengurus partai, bahkan banyak caleg yang terindikasi dan pernah melakukan korupsi dan tindakan asusila lainnya. Oleh KOPEL, mereka ini disebut “Caleg Cumi” dan oleh Akbar Faisal menyebut “Pencopet di Bus Kota”
Semoga pemain bola instan tanpa kualitas, pencopet di bus kota, dan caleg cumi itu kelak tidak menjadi “pemenang” di PILEG nanti. SEMOGA!
Salam pagi, salam jum’at baraqah!
Identitas Anggota Grup Kopi- K

0 komentar:
Posting Komentar