Krisis keuangan yang terjadi di 2008 menjadi cerita yang belum selesai sampai sekarang 2013 bagi rakyat Indonesia. Century-gate menjadi komoditi pers yang hot karena bersinggungan dengan elite-elite politik Indonesia. Bahkan seorang Jusuf Kalla terus memperkuat posisinya dengan berbagai pernyataan di pers, dan yang teranyar post-nya di KOMPASIANA. Bayangkan, di Kompasiana! Bukan di Kompas cetak atau kompas.com.
Tanpa berusaha merendahkan posisi Kompasiana, kita tahu bahwa jurnalisme warga TIDAK BISA dipertanggungjawabkan secara formal pers. Meniupkan isu demikian besar di media warga, dan seperti biasa, membiarkan kompasianer-kompasianer saling berkomentar tanpa ada jawaban langsung dari orang sekelas JK. Terlihat, seakan-akan JK sedang membentuk opini masyarakat melalui tulisan ini. Apapun kata masyarakat, hukum itu buta dan tuli dalam hal ini. Sehingga seharusnya tidak perlu mencari dukungan masyarakat atau opini masyarakat untuk menjustifikasi kebenaran hukum. Kecuali, memang di kasus-kasus hukum yang sumir (tipis, red) dimana unsur masyarakat dan sentimen kalayak jadi penting. Dan kalau itu terjadi berarti politik sedang dimainkan, bukan murni kasus hukum.
Saya membayangkan apa jadinya kalau Boediono, Sri Mulyani, bahkan SBY menulis di Kompasiana dan mulai berdebat di media ini. Sesuatu yang tidak mungkin bukan? Kita tetap tunggu Ibu Sri membuka suara “lagi” soal Century-gate ini. Tapi saya yakin dia tidak akan mengatakan yang banyak berbeda dengan apa yang dia katakan sebelumnya. Alias kembali ke posisi “remis”, kalau ini sebuah permainan catur. Kriminalisasi dr Ayu akan kalah kelas dengan politisasi Century apabila memang semuanya ini adalah sebuah panggung untuk 2014.
Hikmahnya bagi kita, 2014 jelas bukan milik orang-orang ini. Bolehlah kasus ini di jadikan bola politik siapapun, rakyat harus tidak bergeming dan fokus kepada orang-orang baru untuk Indonesia Baru. Siapa yang salah, dan melanggar hukum sudah ada aparat yang menangani. Rakyat lebih baik fokus untuk tetap optimis menyebarkan kabar-kabar baik, daripada ikut berpolemik yang tidak jelas.
Pendekar Solo
0 komentar:
Posting Komentar