promosi bisnis online gratis

Surat Terbuka Untuk Gita Wirjawan


Halo Pak Gita Wirjawan,
Sudah hampir enam bulan terakhir ini saya memperhatikan langkah kampanye bapak menuju RI 1 di 2014 nanti. Awalnya saya kagum pada gaya kampanye bapak yang terlihat cukup komprehensif dan kemasannya sangat apik, meskipun memang sangat masif dan terlihat ambisius sekali.



Dengan website yang rapi, pun tautan sosial media yang lengkap. Juga pemasangan gambar wajah bapak di sarung kursi kereta dan tempat lain ya, pak. Saya yakin wajah bapak sudah sangat familiar bagi sebagian besar penumpang kereta di Pulau Jawa dan pengguna media sosial. Tujuan tim bapak, pasti agar masyarakat bisa mengenal wajah bapak kemudian mencoblos gambar wajah bapak di kertas suara saat pemilu nanti. Melihat hal ini, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya pikir ini pelecehan.


Namun demikian, secara keseluruhan, strategi kampanye bapak memang cukup matang. Saya percaya bapak pasti merekrut konsultan humas yang cukup mahal untuk proyek ini.


Tapi ada yang mengganggu saya belakangan ini, pak. Saya perhatikan banyak sekali tautan berita yang mengecoh. Entah di Facebook, maupun di halaman twitter bapak. Tim kampanye bapak (atau tim yang mengurus website bapak, apapun namanya) berulang kali mencantumkan nama Jokowi dan Ahok dalam artikel yang ada di website bapak.


Ya, saya penggemar berat duet Jokowi-Ahok dan saya sangat suka membuka halaman berita mengenai mereka setiap hari. Dan saya terkecoh berulang kali. Meskipun sejak dua minggu lalu saya sudah tidak membuka berita yang berasal dari website www.indonesiamerahputih.com dan www.ayogitabisa.com secara tidak sengaja lagi.


Ya, kini saya sengaja memperhatikan langkah yang (tim) bapak tempuh untuk meningkatkan popularitas bapak. Sayang, hasilnya sangat mengecewakan. Dari kampanye bapak saya mendapat kesan, bapak memang orang pintar secara akademik dan tahu banyak hal mengenai ke-tatanegara-an juga perekonomian. Tapi jujur saja, saya tidak melihat bapak mengimplementasikan nilai kepatutan moral dalam kampanye ini.


Buktinya, bapak bisa mengijinkan tim bapak menggunakan nama Jokowi-Ahok dalam artikel mengenai bapak untuk menaikkan popularitas. Dan isi artikelnya tidak relevan, cenderung dibuat-buat. Contohnya seperti dalam artikel berikut ini [http://www.ayogitabisa.com/berita-gita/gita-wirjawan--ahok-siap-antar-mahasiswa-puncaki-everest.html?utm_source=merdeka&utm_medium=stories&utm_campaign=ayogitabisa] dan ini [http://www.ayogitabisa.com/berita-gita/kisah-kemeja-putih-jokowi-dan-gita.html?utm_source=merdeka&utm_medium=stories&utm_campaign=ayogitabisa]. Bapak bisa lihat sendiri, bukan hanya saya yang mengendus kelicikan dalam langkah kampanye bapak. Coba bapak periksa area komentar di setiap artikel di website bapak (semoga tim bapak belum menghapusnya).


Pak Gita, seperti yang mungkin bapak juga ketahui, Indonesia saat ini membutuhkan perubahan yang signifikan dalam banyak hal. Salah satunya adalah perbaikan pemahaman etika dalam bersikap. Untuk itu Indonesia butuh tokoh panutan yang bisa memberikan contoh nyata. Dan sayangnya sikap bapak dalam usaha menaikkan popularitas tersebut tidak mencerminkan sikap seorang tokoh panutan yang Indonesia butuhkan.


Indonesia tidak butuh presiden yang ganteng. Selain karena ganteng itu relatif, pemilihan presiden juga tidak bisa disamakan dengan pemilihan putri sejagat yang mana pemenangnya dipilih berdasarkan keindahan wajahnya. Indonesia juga tidak butuh pejabat yang berkemeja mewah. Percuma berkemeja putih bersih kalau wataknya licik.


Bapak benar, rakyat Indonesia saat ini tidak bodoh lagi. Sebagian besar dari kami cukup cerdas untuk mengerti mana yang benar dan mana yang licik. Kami mengerti dan bisa menilai mana pejabat yang betul-betul bekerja menjalankan tugasnya, dan pejabat yang haus akan pengakuan dan menebar pencitraan dimana-mana.


Pendapat bapak juga benar, kami ingin maju. Maka kami butuh pejabat yang bekerja keras demi perubahan dan perbaikan di negara ini dengan sungguh-sungguh.


Bapak tahu kenapa Jokowi-Ahok bisa jadi sedemikian populer dan dicintai?


Itu karena mereka adalah pejabat pertama yang melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan tidak korup setelah.. entah sudah berapa lama. Negeri ini sudah terlalu lama dipimpin oleh orang-orang korup.


Setiap tindakan, perkataan dan keputusan mereka masuk akal dan cerdas. Integritas mereka, sejauh ini, cukup cemerlang, setiap tindakan dan keputusan mereka bisa dipertanggung jawabkan di hadapan publik. Hal ini adalah hal yang sangat kami rindukan ada dalam karakter seorang pejabat pemerintahan.


Jokowi dan Ahok bukan orang-orang yang ingin memimpin untuk mengeruk uang rakyat. Sebelum mereka memimpin, mereka sudah memiliki usaha dan uang sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Hidup mereka pun sederhana.


Mereka mau memimpin karena mereka menginginkan perbaikan di Jakarta. Dan kemudian ingin memberi contoh dan bukti pada provinsi lain di Indonesia bahwa, dukungan rakyat pada pejabat yang bersih bisa melahirkan perubahan. Bahwa ternyata masih ada orang baik dan bersih yang bisa dipilih jadi pemimpin.


Media meliput Jokowi-Ahok bukan karena strategi pencitraaan yang disusun oleh pendukung mereka. Jokowi-Ahok sering diliput media dan dipuji oleh media luar negeri karena, akhirnya, ada orang yang betul-betul bekerja untuk rakyat dan berpihak pada rakyat.


Bukan hanya menebar pencitraan dan pidato dramatis omong kosong di televisi.


Kalau bapak ingin dicintai dan populer seperti Jokowi-Ahok, saya bisa memberi saran yang cukup sederhana: “lakukan hal yang benar, terlepas dari apapun tekanan yang bapak terima dari orang-orang berkepentingan di sekitar bapak.”


Sebab itulah yang Jokowi dan Ahok lakukan. Yang membela mereka bukan DPRD/ DPR atau pejabat ‘wakil rakyat’ dalam pemerintahan. Seperti bapak lihat sendiri, banyak pihak dari pemerintah yang malah tidak suka pada pasangan ini. Tapi selama mereka melakukan hal yang benar dan berpihak pada rakyat, kami juga akan selalu berpihak pada mereka.


Sebagai Menteri Perdagangan, mungkin bapak bisa membantu mereka mengontrol penjualan mobil di kota besar seperti Jakarta, agar bisa membantu Jokowi-Ahok mengurangi kemacetan sementara mereka memperbaiki fasilitas transportasi umum? :)


Pak Gita, ada sedikit keyakinan dalam diri saya bahwa, jauh dalam hati bapak, bapak adalah orang yang bersih dan memiliki potensi untuk memimpin Indonesia di masa mendatang.


Surat ini ditulis bukan untuk menghakimi, surat ini ditulis untuk sekedar mengingatkan bapak dan juga semua pihak yang ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa ini, bahwa negara ini bukan milik sebagian orang saja. Negara ini milik seluruh rakyat Indonesia. Dan kami tidak bodoh. Jadi mohon berhenti melakukan hal yang tidak masuk akal dan tidak benar. Berhentilah melecehkan intelegensi kami dan berpihak lah pada kami, rakyat yang secara tidak langsung membayar gaji para pejabat melalui pajak.


Berhentilah menunggangi nama Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil, dan pejabat bersih lain karena kami tidak suka melihat orang-orang bersih ini dimanfaatkan oleh pihak yang tidak memihak pada rakyat.


Salam.


[Disclaimer: Penulis bukan anggota partai, dan tidak terdaftar sebagai pendukung capres manapun. Penulis adalah pihak netral yang menginginkan perubahan karena sudah sangat muak melihat tingkah laku orang-orang bodoh di pemerintahan.]



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/05/surat-terbuka-untuk-gita-wirjawan-615890.html

Surat Terbuka Untuk Gita Wirjawan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar