promosi bisnis online gratis

Partai dan Kekecewaan Publik


1386049351285444298


Partai dan Kekecewaan Publik


Menjelang Pemilu 2014 banyak partai dan tokoh politik memoles diri. Sejumlah janji dan jargon yang menggiurkan kembali diumbar: Partai Prorakyat, Partai Bersih dan Santun, dan jargon lain yang kurang lebih serupa.


Intinya, mereka ingin dianggap sebagai partai yang layak dipilih rakyat. Mereka tak peduli apakah janji dan jargon itu selaras dengan kenyataan sehari-hari atau tidak.


Keacuhan terhadap harapan publik telah menyumbang tersendatnya nadi politik di negeri ini. Salah satu indikator matinya politik adalah rendahnya partisipasi warga dalam Pemilu. Warga tidak peduli siapa yang akan menjadi wakil mereka. Mereka juga tidak peduli apakah pemerintahan yang akan datang sesuai kehendak mereka atau tidak. Mereka kecewa.


Ancaman Golput


Angka Golput pada Pemilu mendatang memang belum diketahui. Hingga saat belum ada satu lembaga pun yang memprediksi jumlah Golput 2014. Namun, perkiraan angka Golput bukan sama sekali tidak dapat dibuat.


Dalam pelaksanaan Pemilu Presiden 2009, jumlah warga yang tidak menggunakan hak pilihnya alias Golput sebesar 49.677.776 atau 29, 0059 persen. Jumlah ini diperkirakan naik pada Pemilu mendatang.


Perkiraan angka Golput pada Pemilu 2014 dapat dibuat berdasarkan Golput pada Pilkada di seluruh Indonesia. Pilkada Jawa Barat dan Sumatera Utara dapat menjadi gambaran. Partisipasi warga dalam Pilkada Jawa Barat hanya 63 persen. Sementara warga yang berpartisipasi dalam Pilkada Sumatera Utara tidak mencapai angka 60 persen (Kompas.com, 28/4/2013 ).


Kekecewaan


Tingginya angka Golput disebabkan oleh banyak faktor. Tanpa perlu merinci faktor apa saja yang dapat menyumbang meningkatnya Golput, kita dapat membuat perkiraan bahwa sebab utamanya adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik.


Rendahnya kepercayaan warga terhadap partai politik dapat dilihat dari rilis Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru-baru ini (beritasatu.com, 10/10/2013). Survei LIPI menunjukkan bahwa meski kepercayaan publik kepada demokrasi di Indonesia masih relatif tinggi, tingkat kepercayaan terhadap partai politik (parpol) relatif rendah.


Sebanyak 68 persen responden setuju bahwa demokrasi tetap lebih baik dari bentuk pemerintahan lainnya. Namun, tingkat kepercayaan terhadap partai lebih dari 50 persen, persisnya 58,7 persen.


Hasil survei ini membuat kita miris. Seperti sama-sama diketahui, demokrasi kita untuk saat ini hanya mungkin dijalankan oleh partai politik. Hanya partai politik yang dapat mengajukan Caleg dan presiden. Ketika tingkat kepercayaan terhadap partai politik sangat besar, maka otomatis substansi demokrasi tidak dapat dicapai.


Pemilu 2014 mungkin akan berjalan sebagaimana Pemilu sebelumnya. Tapi ketika banyak warga negara absen dari pesta tersebut, Pemilu hanya menjadi pesta yang hambar. Anggota DPR dan Presiden yang terpilih nanti boleh saja berbangga hati. Namun tanpa legitimasi warga, mereka sebenarnya hanya DPR-DPRan dan Presiden-Presidenan.


Partai Antikorupsi


Kekecewaan warga negara terhadap partai politik terjadi karena mereka tidak merasa diwakili. Bahkan, mereka merasa telah dikhianati oleh orang-orang yang mereka amanati untuk mewakili kepentingan mereka. Dan salah satu pengkhianatan terbesar partai politik adalah korupsi.


Menjelang Pemilu 2014 ada baiknya kita memutar kembali rekaman perhelatan politik masa sebelumnya. Seperti mulai nampak, dan akan semakin jelas mendekati Pemilu nanti, partai politik dan elit-elitnya sibuk mencitrakan diri. Dari rekaman itu kita dapat belajar dan menentukan mana partai yang benar-benar konsisten meniti jalur yang benar dan mana yang menyimpang.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/03/partai-politk-dan-kekecewaan-613368.html

Partai dan Kekecewaan Publik | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar