Denyut politik 2014 masih buram. Tapi Wagub DKI– Basuki Tjahaja Purnama, sudah menyimpan kartu jika saja Jokowi tampil sebagai Capres 2014. Ia sudah memasukkan mantan Walikota Surabaya, Bambang DH sebagai ban serep sebagai wakil gubernur DKI
doc-tribunnews.com
Pernyataan terbaru Wagub yang kerap dipanggil Ahok ini termasuk mengejutkan. Pasalnya, sejak awal dia sudah menggadang-gadang nama Walikota Surabaya saat ini, Tri Rismaharini. Ini pernyataan yang sangat menarik. Sebagaimana dilansir kompas.com, alasan Ahok menyodorkan Bambang DH karena Bambanglah yang memiliki gagasan brilian menjadikan Kota Surabaya sebagai kota modern, dan Rismaharani menjadi pelanjut program-program Bambang DH.
Alasan lain soal penggantian sosok tersebut, Ahok menyatakan ia tidak jadi memilih Rismaharani, disebabkan Risma bakal susah ia gaet menuju Jakarta. Sebab, baik partai dan masyarakat Surabaya, jelas Ahok, masih kurang rela Risma menuju Jakarta. Mereka beranggapan, sosok seperti Risma untuk saat ini masih menjadi harapan besar. Dan belum ada sosok lain yang minimal setara kepemimpinannya dengan Risma.
“Bu Risma ditarik ke DKI juga tergantung PDI-P. Kalau Bu Risma ke sini, enak dong saya, dia yang jalan-jalan blusukan dong. Tapi, sekali lagi ini bukan urusan saya, urusan partai. Lagi pula belum tentu Pak Jokowi pergi (maju capres),” kata Ahok (kompas.com).
Tiga Kesimpulan
Ada tiga hal menarik saya simpulkan setelah membaca pernyataan Ahok. Pertama, Ahok memberikan tawaran dan pandangan pemimpin alternatif kepada publik. Harus diakui, bangsa ini sedang dibelit buruknya kepemimpinan dan keteladanan para pemimpin. Hampir semua media rutin menjajakan buruknya kelakukan pemimpin di tanah air. Bagi saya ini bisa berdampak tak baik bagi masyarakat. Sebab, seakan-akan pemimpin di negeri ini busuk semua. Padahal tak semuanya seperti itu.
Masih banyak pemimpin berkualitas, namun karena luput dari pemberitaan media sehingga muncul kesan macam itu. Meski demikian, media juga tak sepenuhnya keliru. Karena pemberitaan kasus-kasus korupsi dan keteladanan adalah perkara penting. Bisa menjadi cermin bagi masyarakat tentang sepak-terjang pemimpin mereka nantinya.
Dengan cara menampilkan salah satu pemimpin berkualitas, Ahok telah menyadarkan masyarakat akan pilihan-pilihan pemimpin yang kelak harus mereka pilih. Kesadaran masyarakat kemudian terpancing ke Risma dan Bambang. Dengan melihat keberhasilan Kota Surabaya menjadi kota yang nyaman, sudah sepantasnya masyarakat di daerah-daerah lain merasa iri dan cemburu.
Jika sudah begitu, masyarakat pun tahu, pemimpin macam apa yang harus mereka pilih di tahun politik yang mendatang. Jika berharap daerahnya nyaman seperti Surabaya, maka pilihlah pemimpin yang suka memberi bukti, ketimbang yang senang obral janji.
Kedua , jika saja Risma benar-benar hijrah jabatan ke Jakarta, saya kira hal ini memang kurang baik. Sebab, hal ini bisa berfungsi sebagai pemerataan pemimpin yang berkualitas. Dengan arti lain, biarkan para pemimpin daerah berada di daerah. Agar mereka mampu membangun daerah dan memancing daerah-daerah lain terinspirasi ketokohannya.
doc-tempo.co
Lebih baik memang mengambil sosok lain yang tak sedang memangku pemerintahan. Jika para pemimpin di daerah-daerah makin berkualitas, maka para pemimpin di Jakarta atau di pusat pemerintahan, akan merasa tertampar dengan kualitas mereka dalam memimpin.
Ketiga , pernyataan Ahok hanyalah demi memeriahkan panggung politik tanah air. Maksud saya, sebenarnya Ahok sendiri tak ada niat yang serius dalam melontarkan pernyataan tersebut. Barangkali pernyataan tersebut, hanya untuk mengisi wacana-wacana politik tanah air, yang selalu ribut soal kekuasaan. Namun kering substansi kerakyatan. Dalam arti, inilah model pendidikan politik rakyat ala Ahok?

0 komentar:
Posting Komentar