promosi bisnis online gratis

Kalangan Pedebah Pendidikan


Kalangan Pedebah Pendidikan


(oleh: Akbar Rahmada Maulana)



Penelitianpearson research mengungkapkan di BBC News, pendidikan Indonesia peringkat terbawah dari negara di seluruh dunia, hal ini bertambah parah saat The world forum sweden menempatkan Indonesia di peringkat 53 dari 57 negara didunia tentang inovasi siswa. Disisi lain terdapat beberapa pihak yang suka membanggakan prestasi Indonesia dibidang olimpiade tanpa mau melihat kebawah, keadaan sebenarnnya pendidikan kita.Membanggakan adannya setitik prestasi di dalam lautan kegagalan yang nyata merupakan salah satu kunci mengapa pendidikan kita stagnan di peringkat yang cukup memalukan.




Beberapa kalangan menjadi penentu negara kita dalam bidang pengembangan pengetahuan yaitu murid, guru, kalangan akademisi serta pemerintah. Sepatutnnya semuaunsur ini dapat bersatu untuk mencapai generasi dengan intelektual yang “bermartabat” dengan prestasi yang cenderung meningkat. Sangat disayangkan pada realitannya berbanding terbalik, bangsa kita menggali kuburan pribadinnya dengan saling menentang kebijakan serta tidak bisa menyatu, mulai dari perdebatan UN, kurikulum serta pro kontra sertifikasi guru.



Pemeritah kita bisa dibilang tuli karena mengedepankan egonnya untuk tetap mempertahankan kebijakan “dagelan” yang ternyata amburadul pelaksanaannya. Sebut saja Ujian Nasional,banyak kalangan akademisi yang menolak “ujian semrawut ini”, dengan tulus mereka memberikan masukan untuk kemajuan pendidikan kita, namun karena pikiran sempit orang-orang yang berkuasa atas sistem pendidikan saran tersebut hanya berlalu begitu saja. Akhirnnya, keteguhan tolol pemerintah kita akhirnnya terlihat saat Ujian Nasional tahun 2013, mulai dari keterlembatan distribusi soal di berbagai provinsi, bahkan terdapat soal yang cacat, membuktikkan betapa bodohnnya manajemen oknum pemerintah kita. Parahnnya, mereka saling menyalahkan antara kementerian yang bertanggung jawabdan pihak percetakan soal ujian layaknnya anak kecil yang bertengkar dan saling menghujat. Apa wakil rakyat kita belum dewasa?




Mari kita melihat satu sisi realitas yang tidak bisa ditolak kebenaranya. Dalam pelaksanaan ujian nasional, bukan hanya murid yang mengusahakan jalur hitam seperti mencari kuci jawaban atau contekan masal saat ujian berlangsung, namun juga beberapa oknum guru menghalalkan muridnnya melakukan tindakan haram tersebut. Suatu hal idiot yang seharusnnya tidak dilakukan oleh beberapa oknum yang katannya “pahlawan pendidikan”. Seharusnnya bangsa ini sudah cukup muak dengan pencanangan pendidikan karakter untuk siswa yang lebih baik. Sebenarnya, pemerintah mempunyai iktikad yang baik untuk menyusun kurikulum agar siswa bisa lebih bertanggung jawab, namun logika kita bertanya, bagaimana mungkin siswa berkarakter baik, jika guru mengajarkan tindakan-tindakan iblis? Bahkan disalah satu acara talk show, guru yang memergoki siswa membawa kunci jawaban dan melaporkannya di black list, tindakan ini diperparah saat guru lain menilai tindakan jujur ini dinilai sok. Tidak jauh berbeda, di berbagai daerah apabila pengawas Ujian Nasional dianggap ketat maka akan digantikan oleh guru lain yang lebih “lembek” dalam mengawasi siswa. Jiwa tidak jujur ini memang sudah mengakar, pantas saja Komisi PemberantasanKorupsi “kebanjiran order”.



Prestasi siswa tidak luput darii ndikator kualitas guru.Sekilas program sertifikasi guru banyak yang mendukung karena menyejahterakan kaum pahlawan pendidikan. Tetapi tujuan utama pemerintah mengadakan program ini agar bisa memperbaiki serta meningkatkan pengetahuan guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Mengenai hal ini, setelah diteliti program sertifikasi ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan siswa. Program sertifikasi sepatutnny digunakan untuk melanjutkan pendidikan S2 atau S3, membeli buku refrensi untuk pengajaran, serta media penunjang pembelajaran, namun mayoritas digunakan untuk membeli barang pribadi sepert perhiasan, motor, atau barang-barang lain yang tidak ada hubungannya dengan peningkatan kualitas guru. Bagaimana mungkin sertifikasi bisa menjadi program yang signifikan untuk kemajuan guru dan murid dibidang pengetahuan jika uang tersebut digunakan untuk keperluan pribadi? Memang sebagian guru tersebut mau membawa perhiasan, kendaraan yang dibeli dari uang sertifikasi ke kelas sebagai media pembelajaran?Bisa jadi program ini dihapus karena dirasa tidak efektif untuk meningkatkan kualitas guru pada khususnnya dan murid pada umumnnya.



Sudah sepatutnnya bangsa ini bersatu untuk mencari suatu tindakan nyata guna memperoleh prestasi bagi siswannya dan tidak dianggap sebagai pendidikan yang berlevelkan rendah. Baik masyarakat, murid, guru, serta kalangan akademisi dan pemerintah membuka pikiran dan mengedepankan keterbukaan untuk mencapai sistem pendidikan yang maju. Murid yang berdomisili di jamrudkatulistiwa cenderung suka mendengar dibandingkan kesisi aplikatif.Masih banyak yang tidak tau apa maknannya proses pendidikan, maka guru harus memberikan pencerahan bahwa pendidikan yang bermanfaat yaitu nilai-nilai pengetahuan yang dapat diaplikasikan kemasyarakat. Sayangnya juga, sebagian guru belum bisa mengajak siswa untuk mau mempraktikan ilmu yang sudah diperolehnnya. Kita bisa melihat Inggris sebagai negara maju, setiap pelajaran yang telah diberikan kepada siswa, guru mengajak langsung untuk memberikan pembelajaran yang aplikatif.Contohnya,siswa mengadakan penelitian setelah guru memberikan penjelasan, penelitian ini sangat berguna untuk masyarakat pada umumnnya.Kurikulum pendidikan berkarakter lebih aplikatif jika diganti dengan pendidikan berbasiskan penelitian.Sehingga, hasilnnya dapat di aplikasikan ke masyarakat.




Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah seharusnya mendengarkan masukan dari kalangan akademisi dan mau melaksanakanya tanpa mengedepankan egoisme ataupun pura-pura tuli. Pendidikan perlu dilihat dari segi realitas yang terjadi bukan sebatas kebijakan yang pada keadannya hanya sebagai penghias telinga saat didengar namun busuk saat dilaksanakan. Kalangan akademisi perlu diajak bersama untuk menentukan arah pendidikan kita, dan sepatutnya saran tersebut dilaksanakan karena kalangan akademisi lebih tau dalam praktiknya dibandingkan pemerintah. Bukan hanya regulasi yang perlu dipertimbangkan, namun hukuman tegas perlu dilaksanakan, guru yang membantu siswa mencari kunci jawaban ataupun kepala diknas yang berani mendaftarkan guru di list hitam bukan karena kesalahanya namun karena memperjuangkan kejujuran, seharusnnya kepala diknas dan guru tidak jujur tersebut perlu dipecat. Disisi lain, pemerintah juga perlu mengawasi program sertifikasi, jika terlihat tidak efektif sebaiknya program ini dihentikan. Mari kita menghanguskan semua tindakan dalam pendidikan yang tergolongan dalam kelakuan pedebah sehingga prestasi anak bangsa kita meningkat. Dan hanya para pedebah yang puas dengan sistem pendidikan kita sekarang ini.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/11/26/kalangan-pedebah-pendidikan-611475.html

Kalangan Pedebah Pendidikan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar