promosi bisnis online gratis

Pencitraan versus Kesederhanaan


Pencitraan versus Kesederhanaan


Rupanya ditengah maraknya kehidupan hedonis yang nyaris memuja kemewahan sebagai satu keniscayaan, kita masih menengok dan sekaligus simpati kepada seseorang yang berprilaku sederhana dalam melakoni hidup. Sebut saja di kalangan pejabat baru-baru ini Kapolri terbaru Sutarman akan terjun menggunakan mobil dinasnya sekelas mobil Kijang. Mendahului Sutarman adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang berKijang ria. Jokowi dalam aktifitas blusukannya pun tidak luput berkendara mobil sekelas minibús ini.


Itu adalah pesohor yang berasa dari kalangan pejabat. Bagaimana halnya dengan pesohor dari kalangan artis. Di dalam negeri sendiri, setelah kecewa dengan tunangannya, akhirnya Zaskia Gotik mengidamkan laki-laki yang apa adanya alias sederhana yang penting baik, mungkian kurang lebih begitu. Nun jauh di sana selebritis Holywwod Britney Spears sedang dirundung cinta mati terhadap kekasihnya yang dia anggap sederhana.


Kedua muasal pesohor tersebut seolah menjadikan kesederhanaan itu sebagai laku yang jauh lebih baik ketimbang hidup bermewah-mewahan (buat selebritis sebenarnya tidak terlalu digunjingkan jika bermewah-mewahan, berbeda dengan pejabat yang mestinya sederhana).


Entah tren atau menjadi arus utama dalam dunia kini yang penuh dengan pencitraan, kesederhanaan telah menjadi modal utama bagi siapapun yang berurusan dengan publik. Jika menentang kesederhanaan artinya babak belur kelak jadinya.


Namun apakah sebenarnya kesederhanaan itu barang haram yang hadir di tengah-tengah kita. Bukankah kita kini hidup dalam dunia penuh gonjang-ganjing kebendaan ditambah isme yang kita anut adalah kapitalisme sebagai penopang laju perekonomian kita. Ujung-ujungnya jika kita 100 persen kapitalis tiada lain dan tiada bukan untuk menumpuk modal sebanyak-banyaknya. Jika sudah modal itu menggunung seorang kapitalis memang tidak berhenti menumpuk melainkan terus memutakhirkan modal tersebut sampai tercipta tumpukan-tumpukan modal yang lain. Saat itulah akan menjadi aneh jika sang kapitalis yang sudah bermodal segunung itu hidup dalam kubang kesederhaanaan bak seorang rahib.


Maka bukanlah hendak melahirkan prasangka buruk saat kita melihat selebritas merindukan sosok sederhana namun kesangsian yang melatari prasangka ini hingga alasan apapun yang terlontar dari sosok selebiritas yang merindukan sosok sederhana takkan mampu masuk dalam akal sehat. Kalau bukan untuk kepentingan pencitraan untuk apalagi kiranya.


Lain halnya dengan pejabat (khususnya di Indonesia) akan menjadi sesuatu yang sangat luar bisa bertentangan bahkan menyakitkan jika hidup mewah, dikelilingi barang-barang mewah dan pelesiran/berbelanja ke tempat-tempat mewah. Tak mengherankan jika ketua Komisi Pemberantas Korupsi Abraham Samad menyabutkakan Pejabat yang hidup bermewah-mewahan di tengah rakyat jelata penuh kekurangan sama dengan pembunuh berdarah dingin. Jika ini yang terjadi pejabat tersebut telah menegasikan sisi kemanusiaannya hingga berubah menjadi monster yang siap menghisap darah sesama.


Memang sudah sepantasnyalah seorang pejabat yang notabenenya adalah pelayan masyarakat berperilaku sederhana. Lntas apa yang menjadi kelebihan saat pejabat menjalani laku yang memang sudah digariskan. Bukankah ini sebuah paradoks atau memang kesederhanaan itu adalah isyu yang paling gampang digunakan guna menarik simpati publik. Jika kita ingin memperoleh simpati publik bersegeralah sederhana karena akan menjadi tidak sejalan jika pencitraan untuk memperoleh simpati publik disandingkan dengan hidup bermegah-megahan. H. Sutanto “Nop 13



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/28/pencitraan-versus-kesederhanaan-614845.html

Pencitraan versus Kesederhanaan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar