Saat issue sadap memanas, hampir semua pemangku kepentingan bereaksi minta Negara mengambil sikap terhadap Negara yang melakukan perbuatan itu. Belakangan kebingunan sendiri karena ternyata Edward Snowden mengeluarkan lagi info bahwa yang membantu ternyata nambah lagi yaitu Singapura dan Korea Selatan. Makin bingung aja tuh para pemimpin negeri ini.
Urusan sadap menyadap sebenarnya adalah urusan basi. Kalau mau jujur sudahkah kita pastikan betul pada satelit palapa yang diluncurkan berkali-kali oleh AS itu betul-betul bersih dari alat lain. Saya 2000 % mempercayai bahwa dalam peluncuran alat itu ada alat lain yang di ‘titipkan’. Kemajuan teknologi sudah luar biasa dan dengan kecanggihan alat yang dimiliki oleh negera lain sangat mudah mendapatkan informasi apa saja, bahkan apa yang terdapat di perut bumi kita tidak ada yang tersembunyi dari kecanggihan teknologi mereka. Pada saat presiden kita yang sebelumnya sangat bersemangat menjual apa saja yang dapat dijual, kapal Tengker, obral Gas, bahkan Indosat dilepas ke Singapura, pernahkan terpikir dampak buruk melepas Indosat ke Negara tetangga?. Bukankan indosat dan perangkatnya itu juga merupakan peralatan yang dapat digunakan untuk kepentingan lain?. Sekarang ini dengan google Map saja orang bisa menemukan danau baru di Tengger kok dan dapat memantau ‘kegilaan’ penangkapan ikan di teluk Persia, bisa dibayangkan kemampuan lembaga yang memiliki perangkat yang memang canggih.
Tidak akan mungkin kita mampu mencegah kemampuan Negara lain dalam mamata-matai, menyadap dll. Kita tidak dapat membendung kecanggihan teknologi mereka apa lagi Negera kita ini sepertinya tidak memiliki strategi jangka panjang dalam menyiapkan para ahli yang mampu mendalami urusan ini. Semua hanya membela kepentingan jangka pendek, gengsi dan keserakahan terhadap kekuasaan. Kalau mau jujur lihat saja tidak ada negera yang maju secara teknologi tanpa membuat grand disegn terhadap kemajuan negaranya. Memperbanyak para ahli dengan visi pendidikan yang jelas. Saat ini justru orang-orang cerdas bangsa ini dimanfaatkan oleh bangsa lain dengan merekrut mereka melalui beasiswa luar negeri. Mereka putra-putri kita yang kita didik dari TK sampai SMA setelah lulus SMA yang hebat-hebat direkrut bangsa lain dengan memberikan kesempatan melalui bea siswa melanjutkan pendidikan di Negara mereka, hanya 4 s/d 6 Th sudah jadi para ahli di berbagai disiplin ilmu karena dasarnya mereka memang cerdas-cerdas. Setelah itu mereka diikat dengan tawaran menarik untuk bekerja di Negara itu. Tentu mereka senang, pendapatan memadai semantara jika pulang belum tentu dihargai dan ilmu yang mereka pelajari belum bisa diterapkan, karena Negara mereka tidak memiliki visi teknologi yang jelas. Lalu apa yang dilakukan Negara ini untuk meningkatkan kemajuan teknologi? Habibi waktu masih menristek sakit kepala saat di bully ekonom ‘hitam’ saat menukar CN 235 karya anak bangsa yang ada di PT Dirgantara Indonesia dengan beras, tentunya ini menjadi trauma saintek di negeri ini.
Jadi hati-hatilah terhadap strategi yang dilakukan dengan berbagai cara bahkan sanjungan terhadap negara kita yang berpotensi menjadi penyesalan bangsa ini berkepanjangan di kemudian hari. Jika tidak disikapi dengan jeli.

0 komentar:
Posting Komentar