promosi bisnis online gratis

Aids dan Problem Kemanusiaan: Memanusiakan Manusia


Hari Aids tengah diperingati yang mengindikasikan bahwa Aids merupakan penyakit ganas yang membuat khawatir berbagai kalangan. Penulis sangat setuju jika pesan inilah yang ingin disampaikan. Namun, pemahaman ini tidak sepenuhnya diterima oleh khalayak sehingga masih banyak sekali temuan-temuan Aids pada sebagian kalangan. Yang lebih menghawatirkan bahwa Aids menular kepada pihak lain. Pihak-pihak yang tidak sepatutnya mewarisinya. Bahkan bayi selugu itu pun berpotensi terjangkit Aids. Inisiatif dari pemerintah dengan sosialisasi pemakaian kondom memiliki efek samping yang tidak pula dapat diremehkan. Seks bebas, kerusakan moral dan gaya hidup materialistis menjadi deretan efek samping akibat stok kondom yang terjangkau oleh kalangan penikmat seks.


Persoalan ini tidaklah sederhana karena bukan akibat satu faktor belaka melainkan banyak faktor yang ikut andil di dalamnya. Bisnis, politik, sosial dan budaya masing-masing berperan atas terciptanya kondisi ini. Perubahan melalui pendidikan belumlah dikatakan berhasil untuk mengakhiri mata rantai seks bebas sebagai poin awal terjadinya Aids. Harus diakui, persoalan Aids dan seks bebas telah melangkah pada aras permasalahan makro nan kompleks. Dengan kata lain, perubahan sosial melalui pengembangan pengetahuan tidak serta merta merubah pola pikir aktor pengetahuan tersebut. Bahkan, indikasi yang menguat para pelaku seks bebas justru berasal dari kalangan terdidik.


Pemakaian kondom sebenarnya tidaklah bertentangan dengan moral dan etika kemasyarakatan dan keagamaan. Namun, tindakan menyalahgunakan inilah yang bertentang secara diametral dengan pesan-pesan sosial dan agama. Dugaan kuat penulis, faktor paling dominan masih maraknya perilaku menyimpang ini karena pergeseran pola pikir masyarakat ke arah materialistis dan mengubur dalam-dalam eksistensi ajaran moral baik melalui agama maupun lembaga-lembaga sosial. Secara alamiah manusia terobsesi dengan segala wujud kenikmatan tidak terkecuali kenikmatan seksual. Obsesi inilah yang ingin dikendalikan oleh ajaran-ajaran moral dan agama. Alasannya sangat sederhana karena manusia adalah makhluk yang berakal sehingga berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya.


Kaum filosof mengatakan bahwa manusia memiliki dua unsur psikologis, unsur ketuhanan dan unsur syahwat. Dua unsur ini sekaligus disematkan kepada manusia. Binatang hanya diberi unsur syahwat sedangkan malaikat, konon, hanya dibekali unsur ketuhanan. Dengan demikian, manusia memiliki dua unsur sekaligus yang memiliki orientasi berlawanan. Tatkala unsur syahwat (baca : keinginan) yang lebih mendominasi maka unsur ketuhanan menjadi perhiasan belaka. Sebaliknya, jika unsur ketuhanan mendominasi dalam diri manusia maka unsur syahwat dapat ditaklukan. Golongan kedua, misalnya, ditemui pada para filosof, sufi dan petapa. Tentunya, yang lebih tepat adalah equiblirium antar keduanya. Sebuah keseimbangan yang telah diberikan tuhan kepada manusia sehingga manusia dapat menjadi manusia seutuhnya.


Konsep keseimbangan ini perlu untuk digalakkan ditengah gelombang materialisme dan kapitalisme yang kian tidak terbendung lagi. Gebrakan dua saudara kandung ini melampaui kesadaran manusia itu sendiri sehingga kemanusiaannya pun ikut terseret arus perubahan. Tidak satu pun agama sebagai basis unsur ketuhanan menolak perubahan karena itu adalah keniscayaan. Tapi peran agama adalah untuk menyeimbangkan manusia agar menjadi manusia seutuhnya. Manusia yang dapat menyeimbangkan dua unsur dalam dirinya, unsur ketuhanan dan unsur keinginan.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/02/aids-dan-problem-kemanusiaan-memanusiakan-manusia-613156.html

Aids dan Problem Kemanusiaan: Memanusiakan Manusia | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar