Ibas dan Aliya/ Foto: tribunnews.com
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat (PD) Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas kembali mendapatkan ‘serangan’ dengan dikaitankannya namanya dalam korupsi di PT Kernel Oil Pte Ltd. Nama Ibas disebut dalam persidangan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dengan terdakwa Direktur Utama PT Kernel Oil SIngapura Widodo Ratanachaitong dan Deviardi, pelatih golf Rudi Rubiandini, mantan Kepala SKK Migas yang sudah ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sebagaimana diketahui, Rudi Rubiandini dan pelatih golfnya, Deviardi diduga menerima uang suap USD 900.000 dan 200.000 dolar Singapura dari Widodo Ratanachaitong melalui Komisari PT Kernel Oil Indonesia, Simon Gunawan Tanjaya dalam rangka mempermudah pemenangan lelang Fossus Energy Ltd di SKK Migas.
Dalam sidang Tipikor belum lama ini, Ibas dituduh mendapatkan setoran uang yang digelontorkan Karnel Oil. Banyak pihak menganggap bahwa munculnya nama Ibas dalam kasus Karnel oil dan SKK Migas agak janggal. Apalagi pernyataan keterlibatan Ibas keluar dari mulut Deviardi dan Widodo, yang tidak terlalu mengenal anak sulung Presiden SBY tersebut.
Meskipun menyebut nama Ibas, namun Deviardi dan Widodo tidak menjelaskan bagaimana proses penyerahan uang dari Karnel Oil. Mereka juga tidak menjelaskan, apakah menyerahkan langsung uang tersebut ke Ibas atau melalui perantara. Kalau ditelusuri, sebenarnya ada alur yang putus, ketika Deviardi dan Widodo menyebut nama Ibas. Karena keduanya tidak terlibat kontak dengan Ibas. Pertanyaannya adalah apakah ada orang yang menerima uang dari Karnel Oil dengan menjual nama Ibas? Ini menjadi tugas aparat hukum, khususnya KPK untuk mengungkap skandal yang terjadi di SKK Migas.
Jangan sampai ada pihak-pihak yang memanfaatkan atau sengaja ‘menitipkan’ nama Ibas untuk dimainkan dalam kasus Karnel Oil dan SKK Migas. Kita tahu bahwa tidak kali ini saja Ibas dikaitkan dengan kasus korupsi maupun suap. Dalam kasus Hambalang yang menyeret mantan Menpora Andi Mallarangeng dan mantan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum, nama Ibas juga muncul sebagai salah satu orang yang mendapat ‘cipratan’ dana Hambalang. Dalam sejumlah kasus korupsi lain, nama Ibas juga disebut-sebut. Hanya saja, setelah Hambalang, kasus yang menjadi perhatian umum adalah suap Karnel Oil.
Serangan kepada Ibas cukup menarik di analisis. Kenapa harus Ibas? Padahal secara politik, peran Ibas kurang menonjol, meskipun dia seorang Sekjen dan anak dari Ketua Umum PD sekarang, yaitu SBY. Bahkan, ketika PD masih dipimpin Anas pun, peran Ibas juga kurang menonjol. Dalam kapasitas sebagai elit partai yang mendukung pemerintah, peran Ibas pun juga kurang menonjol. Namun, kenapa ada pihak yang terus ‘menyerang’ Ibas.
Saya melihat, sebenarnya ada misi besar dalam serangan yang ditujukan kepada Ibas. Dia hanya sebagai sasaran antara, karena sebenarnya yang ingin ‘dibidik’ adalah orang-orang yang berada di sekitarnya. Target utama dari serangan kepada Ibas tentu saja ke Presiden Yudhoyono. Logika politiknya, SBY terlalu kuat dan cerdik untuk diserang. SBY sudah teruji dalam menangkal serangan yang dialamatkan kepadanya, sejak dirinya mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2004. Bahkan, ketika sudah menjabat presiden, SBY pun selalu diserang. Namun dengan pengalamannya, SBY selalu bisa menangkal serangan.
Salah satu cara untuk menggerogoti nama besar dan kekuatan SBY adalah dengan menyerang orang-orang di sekitarnya. Dalam situasi seperti ini, Ibas adalah sasaran yang dianggap paling lemah. Karena tidak mungkin serangan ditujukan kepada Agus Yudhoyono, yang notabenenya tidak terkontaminasi dengan arus politik. Pun demikian Ibu Negara Ani Yudhoyono juga cukup kuat untuk diserang.
Menjelang gelaran Pemilu 2014, serangan kepada Ibas bisa mengandung tujuan ganda. Paling utama, tentu saja untuk menggerogoti SBY. Sementara sasaran utama yang (mungkin) tidak terpikirkan oleh khalayak banyak adalah posisi Ibas sebagai menantu Ketua Umum PAN Hatta Rajasa.
Kita tahu bahwa Hatta adalah salah satu sosok yang digadang-gadang bisa berbicara banyak pada Pilpres 2014. Dalam Rakersnas beberapa waktu lalu, PAN bahkan sudah bulat mendaulat Hatta sebagai Capres 2014, meskipun yang bersangkutan selalu mengatakan masih ingin berkonsentrasi pada tugasnya sebagai menteri.
Dengan segudang pengalaman di pemerintahan dan kemampuannya dalam memimpin tim ekonomi dalam menyelamatkan Indonesia dari berbagai terpaan krisis, membuat Hatta dianggap sebagai sosok yang berpeluang dalam Pilpres 2014. Peluang besar yang dimiliki Hatta membuatnya menjadi sasaran tembak ‘musuh-musuh’ politik. Sama seperti SBY, Hatta pun cukup kuat menangkal serangan yang dialamatkan kepadanya. Pada akhirnya, lagi-lagi Ibas menjadi pintu masuk untuk ‘menggerogoti’ Hatta.
Dengan analisa ini, saya melihat bahwa ada pihak-pihak yang sengaja ‘bermain’ di balik gencarnya serangan kepada Ibas. Saya prediksi, serangan kepada Ibas (yang relatif tidak banyak bicara dan cenderung defense) akan semakin gencar pada 2014 mendatang.(***)

0 komentar:
Posting Komentar