promosi bisnis online gratis

Rendahnya “Akreditasi” Partai Politik


Tahun depan akan menjadi periode ke tiga terjadinya pemilihan langsung calon presiden oleh rakyat Indonesia. Sebelum melakukan pemilihan presiden, terlebih dahulu akan dilakukan pemilihan Legislatif yang seiogianya akan diadakan pada 09 April 2014, kemudian berlanjut dengan pencoblosan presiden pada 09 Juli 2014.


Tanda-tanda keikutsertaan partai sudah bermunculan, melalui spanduk-spanduk dan iklan baik cetak maupun elektronik. Hal ini dilakukan demi meningkatkan popuaritas juga elektabilitas calon dan partai. Sebenarnya partai-partai yang ada di Indonesia dan partai yang lolos menjadi peserta pemilu 2014 sudah cukup dikenal di seluruh penjuru negeri, dan partai yang akan mengusung calon presiden juga adalah partai yang memiliki nama cukup terkenal.


Akan tetapi akhir-akhir ini ada kancah politik dalam negeri diperhadapkan pada terjadinya erosi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan oleh karena terbongkarnya borok-borok kotor pemerintah yang selaman ini terlindungi. Kelihaian KPK menangkap dan membuktikan tersangka menjadi terdakwa kasus korupsi menjadi kerugian bagi partai. Partai yang kadernya banyak terlibat menjadi bulan-bulanan publik, caci maki dialamatkan kepada mereka yang terlibat. Imbas dari keterlibatan individu merusak citra partai tempatnya bernaung.


Sangat minimnya sosok yang diidamkan rakyat sebagai pemimpin yang ideal menjadi sebuah kekawatiran akan meningkatnya jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya. Hingga saat ini belum ada sosok yang sudah maju sebagai calon presiden yang diidamkan rakyat.


Apa yang ada dalam benak masyarakat ketika mendengar tentang pemilu saat ini tak lebih dari hanya sekedar mengikuti sistem kenegaraan. Setiap kali menggunakan haknya sebagai pemilih sebenarnya masyarakat diikuti oleh ketakutan akan penghianatan pemimpin terpilih. Hal ini terjadi karena sangat sedikit bahkan hampir tidak ada pemimpin terpilih yang menepati janji kampanyenya.


Jika saat ini masing-masing partai berjuang, maka bisa dikatakan hampir sulit untuk mengembalikan kepercayaan rakyat. Rasanya sudah terlambat untuk membuktikan diri layak menjadi pemimpin yang bisa dipercaya oleh rakyatnya. Masyarakat akan berkata “mengapa baru sekarang?” bagi mereka yang mencoba “berbuat baik”. Masyarakat akan berkata “darimana saja selama ini?” bagi mereka yang mencoba mencari muka.


Mendekatnya tahun politik membuat masyarakat serba was-was, menyaring mana orang yang benar-benar tulus memberi, mana yang memberi karena ada maunya. Realitanya saat ini memang demikian, banyak partai yang kadernya masih menduduki sebuah jabatan saat ini berpura-pura bekerja untuk rakyat.


Rendahnya “akreditasi” partai memang tidak lepas dari prestasi “alumni” dari partai tersebut yang kini menduduki sebuah kursi jabatan. Rendahnya nilai partai di mata masyarakat adalah karena nihilnya dampak dari kehadiran partai atau kader partai dalam kehidupan masyarakat. Pejabat bekerja hanya berjuang demi jabatan, bukan demi negaranya, demi golongan yang mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima.


Jika ada satu sosok yang saat ini dinilai cukup memenuhi syarat sebagai pemimpin negeri ini, maka mata masyarakat akan berkiblat ke ibu kota, tentunya bukan ke Istana negara, melainkan ke kantor Gubernur DKI. Joko Widodo atau Jokowi yang saat ini memimpin provinsi DKI adalah sosok yang dinilai banyak kalangan memiliki kualitas cukup untuk seorang presiden. Apa yang menjadi penyebabnya adalah ketulusannya bekerja untuk rakyat, bukan karena ingin menjadi calon presiden, akan tetapi karena ia menyadari sumpah yang dipikulnya ketika dilantik.


Jokowi dinilai cukup tulus bekerja di kota Jakarta dan layak memimpin negeri ini, hanya saja hingga saat ini ia belum mendapat “restu” dari Megawati sebagai pemimpin partai tempatnya berasal. Ancaman “golput” hanya akan mereda jika Jokowi maju sebagai calon presiden karena kepercayaan rakyat kepadanya. Hal ini sebenarnya menjadi keuntungan bagi PDIP jika mengusungnya. Peluang PDIP menang di pemilu 2014 cukup terbuka lebar jika Jokowi maju, bukan karena PDIP cukup baik di mata rakyat.


Sosok yang akan diusung adalah pengaruh terbesar untuk mengundang minat rakyat mencoblos partai peserta pemilu. Partai dengan sosok memang tidak bisa dipisahkan, akan tetapi dalam hal kepercayaan rakyat, keduanya bisa berseberangan. Rakyat bisa saja mempercayai sosok atau kader sebuah partai, namun belum tentu partai tempatnya bernaung dipercaya oleh masyarkat. Partai peserta pemilu bisa saja menang, namun kemenangan yang sebenarnya belum tentulah milik mereka di mata rakyat, kemenangan adalah kemenangan pribadi yang diusung partai di mata rakyat.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/03/rendahnya-akreditasi-partai-politik-615212.html

Rendahnya “Akreditasi” Partai Politik | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar