Ajang pencapresan sudah makin ramai dan panas. Masing-masing pihak meng-klaim telah siap untuk bertarung dalam pemilihan presiden yang akan datang dan begitu yakin mereka akan memenangkan pertarungan seru tersebut. Dengan segala ‘optimisme’, mereka maju terus pantang mundur sampai detik terakhir yang bisa mereka capai. Kalau menjadi presiden itu bisa dibeli, mereka akan berlomba-lomba untuk membelinya. Jika untuk menjadi presiden itu perlu puasa selama satu tahun penuh, mereka pun rela untuk berpuasa satu tahun penuh. Pokoke, harus jadi presiden gimanapun caranya. Ada yang sudah terang-benderang menabuh genderang ‘perang’ dan ada juga yang masih malu-malu kucing karena takut gak kesampaian ‘obsesi’ menjadi presiden. Mereka membawa pesan yang sama antara satu dan lainnya yaitu ingin ‘memajukan’ negeri dan ‘mensejahterakan’ masyarakat.
Namun, ada hal yang cukup unik meskipun hal ini belum terkonfirmasi sama sekali yaitu Ibu Megawati Soekarnoputri. Banyak sekali para pengurus-pengurus partai PDIP perjuangan yang dengan gagah berani ingin mencalonkan Ibu Mega menjadi capres dari PDIP pada tahun 2014. Mereka menganggap bahwa Ibu Mega memiliki kualitas sebagai pemimpin dan juga memiliki masa yang dianggap cukup untuk menjadikan beliau sebagai presiden yang akan datang. Mereka menganggap bahwa Ibu Mega adalah figur yang sangat tepat untuk memperbaiki dan mensejahterakan warga negara Indonesia. Bahkan, ada beberapa pengurus PDIP yang mencoba menduetkan Ibu Mega dengan Jokowi karena kepopuleran dan elektabilitas Jokowi yang dapat mengangkat keterpilihan Ibu Mega untuk menjadi presiden yang ke-7. Tentu suatu pemikiran yang perlu didalami apakah benar bahwa Ibu Mega layak menjadi presiden RI dimana akan mendompleng akseptabilitas dan elektabilitas dari Jokowi? Bukankah itu sesuatu yang sangat ‘memalukan’ dalam politik hari nurani?
Para pengurus PDIP harus sangat cerdas dalam menilai Ketua Umum mereka. Jangan atas dasar ‘menjilat’ atau ‘asal ibu senang’, mereka mencoba menjerumuskan Ibu Mega ke dalam lembah ‘malu’. Ibu Mega pun sudah dengan jelas mengatakan bahwa beliau paling benci dengan orang yang ‘asal ibu senang’ karena hal itu telah memanipulasi kenyataan. Baru-baru ini, Wakil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa PDIP akan kuat di 2014 jika menduetkan Ibu Mega dan Jokowi karena hal itu merupakan kombinasi dari kekuatan ideologi dan elektabilitas. Meskipun Hasto telah mengklarifikasi bahwa hal itu merupakan pendapat pribadi, menurut saya Hasto telah mencoba membangkitkan ‘kebencian’ masyarakat terhadap Ibu Mega bukan sebagai pribadi namun sebagai calon presiden. Hasto mencoba untuk menjadi bagian dari para barisan ‘asal ibu senang’ yang sangat tidak disukai oleh Ibu Mega. Melihat komentar dari para pembaca terhadap pendapat Hasto, saya melihat adanya ‘kemarahan’ dari pembaca terhadap pendapat dari seorang Wakil Sekjen PDIP. Sinis, skeptis, amarah, cemooh dan lain-lain langsung tersembur dari para pembaca dan ujung-ujungnya Ibu Mega menjadi korban atas pendapat dari Hasto.
Para pengurus PDIP termasuk Ibu Mega harus ingat masa lalu. Memang kita tidak seharusnya larut akan masa lalu kita, namun belajarlah dari masa lalu. Masyarakat masih ingat betul bahwa Ibu Mega telah 3 kali gagal untuk menjadi presiden RI yaitu:
- Tahun 1999, Ibu Mega sebagai pemimpin partai terbesar di DPR/MPR pada tahun itu gagal menjadi presiden karena gerakan poros tengah. Secara logika orang ‘bodoh’, harusnya beliau lah yang paling besar peluangnya untuk menjadi presiden RI ke-4. Namun, GAGAL.
- Tahun 2004, Ibu Mega sebagai petahana dalam pemilihan presiden dikalahkan oleh mantan anak buahnya sendiri yaitu Pak SBY sehingga beliau harus menyerahkan kekuasaan. GAGAL lagi.
- Tahun 2009, Ibu Mega mencoba peruntungan untuk merebut kembali kekuasaan dari mantan anak buahnya yaitu petahana Pak SBY. Namun, beliau GAGAL lagi dalam satu putaran saja.
Dengan melihat sejarah dan pengalaman, mengapa masih saja ada dari para pengurus PDIP yang mencoba-coba untuk menjerumuskan Ibu Mega untuk kesekian kalinya. Apakah mereka memiliki agenda yang tersembunyi? Apakah mereka takut untuk mengutarakan hati nurani mereka? Apakah mereka tidak diijinkan untuk berdemokrasi? Menurut saya, sangat misterius sekali jikalau masih ada yang berani-berani nya memajukan Ibu Mega menjadi calon presiden meskipun dipasangkan dengan idola baru masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sudah menganggap bahwa Jokowi adalah milik mereka, bukan milik Ibu Mega. Ibu Mega dan Jokowi adalah dua figur yang berbeda dan bertolak belakang di mata masyarakat. Masyarakat tidak akan iklas untuk membiarkan Jokowi dijadikan ‘make-up’ untuk Ibu Mega. Jokowi bukan pemanis, bukan ‘make up’, bukan dongkrak, bukan tiang gantungan bagi Ibu Mega atau siapapun. Mereka mengharapkan Jokowi, bukan PDIP. Jikalau PDIP dan Ibu Mega masih mau mencoba peruntungan di capres yang akan datang, siapkah Ibu Mega ‘dipermalukan’ untuk kali ke-4?
Majulah Bangsaku!

0 komentar:
Posting Komentar