promosi bisnis online gratis

Cinta dan Dendam Dahlan Terhadap Cina


13860419681452344748


Dahlan Iskan dan Cina, tentu ada banyak kaitannya. Dahlan memang bukan orang Cina tapi dari sanalah hati barunya berasal. Meski tidak lahir disana, bahasa mandarin Dahlan fasih luar biasa. Sesuatu yang kadang bikin iri para komunitas Tionghoa yang besar dan lahir di Indonesia. Diantara para menteri SBY memang Dahlan satu satunya menteri yang bisa mengerti dan fasih melafalkan bahasa pengantar di acara Metro Xinwen itu.


Bila sudah kehabisan ide pun Dahlan biasanya terbang ke Cina. Berkunjung ke Negeri Panda ini sudah seperti pulang kampung saja baginya. Mengunjungi desa desa, kota menikmati budaya serta berbaur bersama mereka. Dahlan memang sungguh terpesona dengan negeri para kaisar ini.


Negara yang dulu sering disebut sebagai Negeri Tirai Bambu itu adalah Republik Rakyat Cina ( The People’s Republic of China ), Dahlan lebih suka menyebutnya dengan Tiongkok. Cina adalah negara komunis terbesar di dunia. PKC ( Partai Komunis Cina ) juga merupakan partai komunis terbesar di dunia dengan ratusan juta anggota. Cina pun pun dulunya sering berganti ganti sistem pemerintahan, dari mulai era para Kaisar, Republik, hingga sistem Komunis seperti sekarang ini.


Pernah senasib dengan Indonesia sama sama miskin dan terbelakang, kini Cina menjelma menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi dua digit selama hampir 20 tahun berturut turut pernah mereka nikmati. PDB Cina bahkan sudah melampaui Inggris dan Jepang, diproyeksikan mampu melampaui AS pada tahun 2020 nanti. Sekarang ini pun ekonomi AS sangat bergantung kepada Cina, bila pemerintah Cina sudah berani menghentikan pembelian surat utang Amerika maka itu adalah salah satu indikator runtuhnya pasar AS.


Ada banyak prestasi Cina yang mendunia. Begitu mudah menjumpai produk bikinan Cina, dari mal mal sampai toko emperan semua ada dan murah. Barang apa saja bisa ditiru dan dibuat replikanya oleh mereka. Kini semangat ekonomi Cina adalah beli, beli dan akuisisi, IBM contohnya. Cengkeraman ekonomi Cina bahkan kini sudah mencapai benua hitam Afrika. Atlet atlet mereka langganan juara di Olimpiade, kekuatan militer mereka ditakuti di kawasan Asia Pasifik. Dan jangan lupa Cina bersama Rusia dan AS adalah negara pemegang hulu ledak nuklir terbanyak di dunia.


Banyak analisa dan strategi ekonomi yang bisa menjelaskan kenapa Cina bisa maju seperti sekarang ini. Para pakar ekonomi dan politik seolah tidak berhenti menulis tentang keajaiban ekonomi mereka. Secara politik negara ini memang penganut ideologi komunis Karl Marx, tetapi secara ekonomi Deng Xiaoping lah yang sudah berjasa meletakkan dasar dasar ekonomi pasar bebas ( kapitalisme ) di negara lebih dari satu milyar jiwa ini. Cina pun kini tumbuh sebagai kekuatan geopolitik, militer dan ekonomi baru di dunia penyeimbang AS dan sekutunya.


Bangsa Cina adalah pebisnis dan perantau sejati. Bila bicara kesuksesan berbisnis orang Cina lah contohnya. Mereka adalah cermin untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis. Orang Cina terkenal ulet, pekerja keras dan pantang menyerah. Bangsa Cina adalah bangsa yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dimanapun mereka tinggal. Solidaritas antar sesama mereka pun terkenal sangat erat membentuk jaringan perdagangan yang siap menyerbu kemana saja.


Dengan segudang prestasi diatas tak heran bila Dahlan lebih memilih Cina dibanding Amerika dalam mecari ide dan semangat. Tulisan tulisan Dahlan tentang kunjungan ke desa desa di Cina banyak menyiratkan kekagumannya terhadap etos kerja dan prestasi ekonomi mereka. Dahlan banyak belajar dari aktivitas ekonomi masyarakat desa desa di daratan Cina. Fujian, Xiamen, Quanzhou, Chengdai, Ningxia dan Xinjiang adalah nama nama desa atau kota dimana kewirausahaan dan bisnis itu tumbuh menggeliat sejak dibukanya kran ekonomi pasar bebas oleh Deng Xiaoping. Dan hampir seluruh Cina tumbuh merata seperti itu.


Bila berkunjung ke Cina Dahlan dengan serius belajar dari mereka, mempelajari perilaku bisnis mereka mengapa sekarang Cina bisa tumbuh secara luar biasa. Dibalik kekaguman Dahlan terhadap Negeri Panda ini terpendam keinginan begitu kuat buat ( baca: dendam ) untuk bisa mengalahkan mereka atau paling tidak menyamai prestasi mereka. Model seperti Cina ini dijadikan contoh karena lebih pas dengan kondisi Indonesia, beda dengan Belanda atau Singapura. Secara potensi jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan potensi kekayaan alamnya lebih mirip antara keduanya, meski secara iklim jauh berbeda.


Dulu pun ekonomi Cina diprediksi sulit berkembang karena ledakan jumlah penduduknya, tidak seperti Singapura yang lincah Cina ibarat beruang besar yang susah berjalan akibat overweight. Tapi ternyata prediksi itu salah, jumlah penduduk Cina yang semilyar lebih itu ternyata juga potensi pasar yang sangat menggiurkan. Semilyar orang itu butuh makan, sandang dan kebutuhan lainnya. Ekonomi Cina pun berkembang ditopang investasi dan konsumsi masyarakatnya. Sebuah kasus yang bisa dianalogikan dengan kondisi Indonesia.


Meski akar sejarah Imperium Cina dinilai lebih gemerlap dibanding nusantara, Indonesia dan Cina era tahun 1950 – 1960 an bisa dikatakan memiliki starting poin yang sama, sama sama miskin dan terbelakang. Cina pun pernah mengalami keterpurukan saat diinvasi oleh balatentara Nippon tahun 1940an, sama seperti Idonesia. Bila mereka mampu bangkit kenapa kita tidak, begitu mungkin uneg uneg dan pikiran Dahlan selama ini.


Kalau Cina yang atheis saja bisa maju dan makmur sejahtera kenapa kita yang di bawah Pancasila dan berkeTuhanan tidak. Dengan anugerah alam dan bahan tambang yang melimpah bukankah seharusnya Indonesia bisa sejajar dengan mereka. Bermacam teori dan analisa bisa dikemukakan, tapi bagi Dahlan yang terpenting adalah hope. Membangun sebuah harapan, kepercayaan diri dan kemandirian sebuah bangsa. Dan itu yang paling susah.


Banyak elemen bangsa ini yang dijangkiti virus pesimisme, seolah kita tidak bisa maju, pasrah saja dengan keadaan yang sudah ada. Bikin mobil listrik dicaci, timnas kalah dimaki maki, tapi sama barang barang bikinan luar negeri senangnya setengah mati. Belum lagi berita kejahatan dan korupsi di televisi, klop sudah mengikis habis rasa optimis bangsa, seolah bangsa ini mau ambruk besok paginya, tidak ada yang tersisa. Tidak ada hope sama sekali.


Dahlan mencoba melawan itu semua, mengikis habis rasa pesimis kita dengan memberi contoh nyata bersama para direksinya. Dia tebarkan hope itu terus menerus hingga BUMN bisa mencapai seperti sekarang ini. Saat ekonomi Indonesia melampaui Belanda Dahlan ingin kita semua mengingat dan merayakannya, sesuatu hal yang mungkin dulu jaman kakek nenek kita terbayang pun mungkin tidak. Saat BUMN kita bisa membeli dan berekspansi di luar negeri, kita pun harus merayakannya, tidak boleh sesaatpun kita kehilangan momentumnya. Dan nanti saat buah buahan tropis kita membanjiri Cina kita pun harusnya sadar bahwa kita pun bisa mengalahkan mereka.


Salah satu cita cita Dahlan adalah membangun masyarakat Industri Indonesia, mengubah mental pedagang menjadi industrialis. Tidak ada yang salah dengan jiwa pedagang, bagus sekali malah. Tetapi bila semua pedagang bisanya hanya mengimpor barang, tentu ada yang salah dengan ekonomi kita. Saat dolar naik mendekati level 12 ribu seperti sekarang ini ujung ujungnya pedagang juga yang kelabakan. Dengan industri yang maju dan modern tentu produk berkualitas dari dalam negeri akan melimpah dan murah. Pedagang pun bisa menghemat devisa dengan membeli dari industri dalam negeri sendiri.


Dengan populasi lebih dari semilyar Cina adalah pasar yang sangat menggiurkan. Kitapun bisa membanjiri pasar mereka dengan produk unggulan kita, yang mereka tidak bisa membuatnya, buah tropis misalnya. Pengalaman berjam jam di pasar induk raksasa Guangzhou, bikin Dahlan gusar luar biasa. Dia tidak menemukan sama sekali buah buahan dari Indonesia, yang ada dari Thailand semua, ketemu pun cuma sepeti manggis dari Bali, ya cuma sepeti. Tentu makin menambah dendam itu makin membara.


Tidak mudah mewujudkannya, butuh waktu, keuletan, kerja keras, semangat pantang menyerah di dalamnya. Cina pun bisa meraih itu semua tidak dalam sekejap, sejak Revolusi Kebudayaan entah berapa ratus ribu nyawa melayang menjadi korbannya. Meski sudah ratusan koruptor mati digantung atau ditebas pakai senjata, korupsi tetap menjadi pekerjaan rumah utama bagi mereka. Belum lagi kerusakan lingkungan akibat industrialisai, Beijing menduduki peringkat utama kota dunia soal polusi udara.


Tentu juga lebih mudah menikmati saja apa yang sudah ada, bukankah barang barang dari Cina terkenal murah harganya. Buat apa susah susah membikin saingannya. Tinggal berburu dDllar lalu impor dari Cina selesai urusannya. Sudah pasti dijamin untung. Hanya saja tinggal menunggu waktu saat dollar mencapai rate 20 ribu, kolaplah perekonomian kita.


Dendam Dahlan kepada Cina harusnya menjadi dendam kita semua. Dibalik dendam itu tersimpan keinginan kuat untuk menjadi sebuah bangsa yang lebih maju, lebih makmur dan lebih sejahtera. Boleh boleh saja kagum dan takjub atas keberhasilan dan kehebatan negara lain, tapi tentu tidak boleh terlena hanya jadi penonton atau sekedar pemakai produk mereka saja. Hati Dahlan yang baru memang berasal dari Cina, tapi semangant nasionalismenya buat Indonesia tetap menyala. Menuntut ilmu memang harus sampai ke negeri Cina, bila sudah pandai kita pun harusnya bisa mengalahkan mereka, membanjiri mereka dengan produk produk unggulan bangsa


Salam.






sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/03/cinta-dan-dendam-dahlan-terhadap-cina-616116.html

Cinta dan Dendam Dahlan Terhadap Cina | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar