Sungguh kita sayangkan bahwa partai yang diharapkan menjadi jalur aspirasi alternatif setelah partai-partai yang sudah ada tersandung banyak masalah terutama para kader dan petingginya tersangkut kasus korupsi.
Dialah partai Demokrat yang dilahirkan dan dinahkodai orang nomor satu nergeri ini selama dua periode. Penulis lupa, waktu lahirnya Partai Demokrat. Namun kalau tidak salah, akhir 2003 atau awal 2004, partai ini dilahirkan untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahun 2004. Tidak tanggung-tanggung waktu pendeklarasian langsung menyodorkan SBY menjadi calon presiden 2004.
Perjalanan Demokrat sungguh mulus apalagi dibantu dengan politik belaskasihan rakyat Indonesia kepada Demokrat terutama SBY, yang dianggap sebagai korban dari politik Megawati Soekarno Putri. Kita tidak tahu persis waktu itu apa yang terjadi namun pamor SBY mendadak melangit ketika menyatakan mengundurkan diri dari kabinet Megawati, sang presiden saat itu.
Perjalanan Demokrat luar biasa. Masuk papan tengah pada pemilihan legislatif serta bergandengan Yusuf Kalla (Golkar) dan sejumlah partai pendukung, Demokrat langsung menunjukkan tajinya. Demokrat dan partai pendukung masuk putaran dua pemilihan presiden dan wakil presiden berhadapan dengan PDI Perjuangan sebagai partai pendukung incumbent.
Seperti sudah diduga sebelumnya bahwa SBY-Kalla menang pada putaran dua. Pesta demokrasi 2009, Partai Demokrat makin menggila dan menggilas partai-partai besar sebelum serta duduk di singgah sana sebagai partai pemenang pemilu. Hal ini makin trengginas, SBY-Budiono (Demokrat dan para pendukungnya) menang lagi satu putaran dengan prosentasi yang sungguh menyakinkan dari para kandidat presiden-wakil presiden lainnya.
Melihat peristiwa ini, penulis boleh mengatakan bahwa Partai Demokrat baru lahir langsung lari kencang. Ibarat manusia maka sesungguhnya proses kelahiran yang tidak biasa. Sesungguhnya partai Demokrat seharusnya merasakan masa-masa waktu, guling, rangkak, jatuh-bangun berdiri baru bisa berdiri, jalan dan lari. Fase-fase itu tidak dirasakan oleh partai Demokrat.
Setelah berlari kencang, toh dia mulai merasakan kembali fase-fase pertumbuhan dari awal. Mulai tersandung, mantan bendaharanya, Nazrudin berturut-turut menyeret Angilie Sondak, Anas Urbaningrum, Andi Mallaranggeng, kini mulai disebut-sebut dalam perkara di pengadilan.
Dengan tetap mengusung ‘asas praduga tak bersalah’, para petinggi Demokrat sepertinya terguncang kasus korupsi. Sebutkan saja yang mulai ramai di media on-line termasuk TV yakni Jero Wacik, Sutan Bhatogana sampai Ibas Baskoro dll.
Boleh kita katakan bahwa Partai Demokrat yang lahir langsung lari, kini tersandung masalah korupsi. Konsekuensinya jelas, tingkat elektabilitas tentunya menurun meski selalu dibantah oleh kader dan petinggi Demokrat. Apalagi semua tampuk tertinggi di partai ini dipegang oleh satu orang yang kebetulan juga orang nomor 1 di republik ini. Semuanya bisa berubah.
Menjadi pertanyaan, apakah partai Demokrat bisa mengatasi berbagai ujian ini. Atau jangan-jangan partai sensasional dan fenomenal itu bisa dilikuidasi atau paling kurang mulai ditinggalkan masyarakat setianya.
Kita berharap, semua partai bisa memetik pembelajaran menarik dari kejadian yang menimpa Demokrat. Kader dan petinggi wajib menjauhi tindakan-tindakan yang merugikan dirinya sendiri dan partainya.
Salam demokrasi
Kosmas Lawa Bagho
03 Desember 2013
0 komentar:
Posting Komentar